Suntikan botoks semakin populer sejak pertama kali diperkenalkan untuk penggunaan kosmetik pada tahun 2002. Kemungkinan kamu pernah mendengar tentang Botox melalui media sosial, televisi, dan bahkan mungkin salah satu teman.
Bagaimana mereka bekerja? Apakah mereka benar-benar memperlambat tanda-tanda penuaan, dan apakah ada alternatif selain menjalani prosedur ini?
Suntikan botoks dirancang untuk mengurangi kerutan dan garis halus pada wajah. Mereka juga dapat digunakan untuk mengobati keringat berlebih dan mata juling, atau meredakan migrain.
Faktanya, Botox saat ini menangani lebih dari dua puluh macam kondisi medis dan bahkan lebih banyak aplikasi sedang dieksplorasi.
Ilmu di Balik Jarum
Suntik botox (allure.com)
Botoks, yang lebih dikenal secara ilmiah sebagai toksin botulinum tipe A, didasarkan pada toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum yang menyebabkan keracunan makanan (botulisme). Apakah itu berarti Botox membuat kamu keracunan makanan? Nggak! Efek toksin bervariasi sesuai dengan jumlah dan jenis paparan.
Saat Botox disuntikkan ke kulit wajah, otot di bawahnya akan terhenti. Pada dasarnya, botoks mencegah sinyal sel saraf mencapai otot. Dengan sinyal ini diblokir, otot tidak bisa lagi berkontraksi, yang melemaskan dan melembutkan kerutan. Hasilnya adalah berkurangnya kedalaman garis kerutan serta penampilan kulit wajah yang lebih halus secara keseluruhan.
Botox paling sering digunakan pada garis dahi, kaki gagak, dan garis kerutan. Penyuntikan biasanya hanya membutuhkan waktu beberapa menit, dengan efek penuh akan terlihat dalam tiga hingga tujuh hari.