Dinar Candy mengenang masa remajanya ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Saat itu, ia pernah merasakan dipukul menggunakan sorban oleh sang ayah, Acep, setelah ketahuan tampil nge-band di sebuah kafe hingga larut malam.
"Aku dulu ada punya tim band gitu waktu SMA, kayak band-band sekolah gitu kan. Terus aku tuh sampai aku nge-band sampai jam 11 malam di kafe," ungkap Dinar Candy di Trans TV, Jakarta Selatan, Jumat (19/9).
Kenangan itu diwarnai momen saat sang ayah langsung menjemputnya di kafe. Dinar pun mendapat teguran keras di depan teman-teman dan manajer kafe.
"Bapak tuh nyamperin aku, di depan manajer kafe, depan teman-teman aku, terus aku kayak dipecut gitu pakai sorbannya, disuruh balik, 'Ngapain?' katanya gitu kan," cerita Dinar.
Padahal, band yang ia bentuk bersama teman-temannya sedang populer di sekolah. Namun larangan dari sang ayah membuatnya merasa tidak leluasa menyalurkan bakat bermusik.
"Padahal kan waktu zaman itu ya kita tuh band-nya tuh lagi hits-lah di sekolah gitu kan. Dari situ kayak, 'Ih, masa aku nggak boleh berkreativitas,' gitu," tambahnya.
Sang ayah, Acep, mengaku Dinar kala itu keras kepala. Meski sudah dinasihati, ia tetap mengulanginya.