"Selama perhelatan GP, hari pertama hujan, hari kedua hujan, dan hari terakhir ini juga hujan. Kayaknya gak perlu ada pawang hujan menurut saya," cetus Ulwan Sulhi Zayyan.
Ia menjelaskan bahwa pawang hujan cuma dimanfaatkan untuk mensugesti para penonton agar bisa percaya.
Menurut Beqi Sulastri, ia mengatakan jika pawang tersebut sudah Campah, yang dalam bahasa Lombok diartikan jika mantranya tak lagi mempan atau tak bisa lagi digunakan.
"Itu karena dia terlalu narsis, pawang itu gak biasanya diem-diem dan gak muncul dipublik," ungkap perempuan asal Loteng itu yakin.
Lebih mencolok lagi dari ucapan seorang penonton asal Banyuwangi. Ia menonton di tribun festival yang tak beratap sehingga terkena hujan.
"Untung hujan, kalo tidak kan bisa goyah iman orang sini," guyon pria bernama Samsul Hadi itu.