Atlet angkat besi di Indonesia mayoritas memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dibandingkan atlet dari cabang olahraga lain. Sebut saja Eko Yuli Irawan yang memiliki tinggi badan tidak sampai 160 cm karena hanya 157 cm. Tak hanya Eko, juara dunia angkat besi asal China, Li Fabin pun hanya 160 cm.
Lantas kenapa banyak atlet angkat besi berpostur tubuh pendek? Apakah ini karena terlalu sering mengangkat beban sehingga tubuh tidak mengalami perkembangan tinggi badan? Tinggi badan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor genetik. Sekitar 60-85 persen tinggi badan manusia ditentukan oleh faktor genetik dari orangtuanya.
Menghitung tinggi badan seseorang terkait faktor genetik bisa dihitung dengan rumus: tinggi badan anak laki-laki dihitung dari tinggi badan ayah ditambah tinggi badan ibu ditambah 13 cm lalu dibagi dua. Lalu untuk hitung tinggi badan anak perempuan adalah tinggi badan ayah dikurangi 13 cm ditambah tinggi badan ibu lalu dibagi dua.
Selain faktor genetik, terkait asupan nutrisi seperti makanan yang dikonsumsi ternyata cukup mempengaruhi tinggi badan seseorang. Eko Yuli pun buka suara terkait dugaan angkat besi membuat tubuh seseorang jadi pendek. Melansir dari Skor.id, atlet yang meraih medali perak Olimpiade 2020 di Tokyo itu memberikan bantahan.
Menurut Eko tubuh pendek para atlet angkat besi bukan karena sering mengangkat beban berat melainkan karena faktor genetik saja. Menurutnya tubuh orang-orang Asia termasuk Indonesia mempunyai tulang yang cenderung kecil sehingga badannya tidak bisa tinggi seperti orang-orang Eropa dan Amerika.
Eko menambahkan bahwa banyak para atlet angkat besi dari Eropa dan Amerika yang memiliki tubuh cukup tinggi meskipun mereka sering mengangkat beban berat dari puluhan sampai ratusan kilogram sata latihan maupun ketika menjalani pertandingan.