Namun, saya ingat bahwa setiap kali saya minum cukup air sepanjang hari (minimal 3 liter), kulit saya hampir selalu terlihat bagus. Jadi, saya mulai menenggak botol demi botol dengan harapan bisa menghindarkan diri dari rasa gatal yang mengering di wajah saya.
Beberapa hari berikutnya kurang lebih sama, artinya saya terbiasa dengan kekeringan atau agak mereda. Tetapi pada akhir hari keempat datang dengan kejutan dari jerawat yang mulai terbentuk, tepat di dagu saya.
Pada hari kelima, saya bangun untuk melihat jerawat telah berubah menjadi bintik merah yang cukup terlihat. Hal ini sebenarnya tidak terduga, mengingat minyak berlebih dan sel kulit mati yang membentuk jerawat tidak kunjung hilang.
Tapi sepanjang minggu terasa kurang seperti kulit saya membersihkan dirinya sendiri dan lebih seperti ujian kemauan untuk berapa lama saya bisa pergi tanpa menggunakan scrub wajah atau pelembab.
Itu juga merupakan pengingat untuk minum air, kebutuhan dasar bagi tubuh manusia untuk bertahan hidup dan sesuatu yang terlalu sering kita abaikan.
Pikirkan puasa kulit seperti diet eliminasi. Meskipun tidak ada penelitian tentang puasa kulit secara khusus, ada beberapa alasan mengapa puasa dapat berhasil untuk beberapa orang dan tidak untuk yang lain.
Untk kamu yang biasa menggunakan banyak produk, bisa jadi cara ini adalah fase istirahat kulit. Juga buat yang menggunakan bahan kimia untuk pengelupasan kulit, dengan puasa kulit menjadi normal kembali.
Jadi apakah puasa kulit baik atau tidak semua bergantung pada kebutuhan dan kebiasaan perawatan masing-masing. Paling penting jangan lupa dibersihkan, dilembabkan dan lindungi dari sinar matahari.