Kamu pasti udah gak heran lagi ya sama makanan bernama chicken nugget. Makanan ini praktis banget. Bisa dijadikan camilan atau kalo di Indonesia biasanya jadi lauk buat dibawa ke sekolah, kampus, atau kantor.
Makanan ini termasuk praktis. Tapi kamu harus tau kalo chicken nugget tercipta karena dua alasan yang bikin ribet ini. Apa aja tuh?
Hmm ... chicken nugget ternyata punya sejarah yang panjang. Semua ini dimulai sejak Perang Dunia II selesai pada pertengahan dekade 1940-an di Amerika Serikat (AS).
Kala itu, ternak unggas adalah salah satu hal disukai banyak orang. Ternak ayam misalnya. Soalnya orang-orang udah mulai mengembangkan teknologi peternakan, hal itu membuat ayam yang diternak bisa lebih gemuk dan dagingnya lebih enak.
Semenjak itu, produksi daging ayam pun meningkat. Harganya juga jadi lebih murah deh.
Daging ayam dijual ke pelanggan tanpa kepala, kaki, dan ekor biar tampilannya lebih menarik. Karena semakin murah, orang-orang bisa makan daging ayam setiap waktu hingga suatu ketika ... daging ayam jadi sepi pembeli.
Kenapa? Yap ... orang-orang mulai mengalami kebosanan mengonsumsi daging ayam! Masalah banget nih.
Daging ayam emang masih dijual di pasaran dengan tampilan menarik tadi. Namun selain karena faktor kebosanan, ternyata ada satu alasan lain kenapa daging ayam mulai sepi pembeli. Apa hayo?
Orang-orang pada mengeluh gengs! Dan asal mula keribetan pun dimulai dari sini.
Banyak keluhan datang dari orang-orang. Satu ekor ayam utuh dianggap terlalu berlebihan untuk dua-tiga orang dalam satu keluarga. Satu ekor ayam utuh juga dianggap terlalu sedikit untuk keluarga yang punya banyak anggota keluarga. Ribet, kan?!
Belom lagi keluhan tentang waktu yang cukup lama untuk memamanggang ayam utuh. Duh, ribet banget nih.
Di balik itu, daging sapi dan daging babi beda nasibnya sama daging ayam. Kedua jenis daging itu masih bisa dibeli sesuai kebutuhan. Jadi gak perlu membeli satu ekor sapi atau babi cuma buat makan.
Nah, dari dua alasan yang bikin ribet tadi, kebosanan dan keluhan orang-orang, seorang profesor sains makanan putar otak. Dia adalah Dr. Robert Baker dari Cornell University.