Misteri Hutan Karet Part 6 (di Tenda)

Misteri Hutan Karet Part 6 (di Tenda)

"TOOLLOOONNGG.. !

Teriak ku histeris...

Penglihatanku langsung gelap. Runyam. Aku terbangun dari tidur dengan nafas yang sesak.

"Untung saja mimpi" Begitu gemingku dalam hati. Lega sambil mengatur nafas. Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 dini hari.

Ilustrasi (Nuasahati.com)

Kulihat Logi sudah tidak ada lagi di sebelahku. Aku kemudian menyalakan senter di kepala dan mulai melihat sekeliling untuk mencari Logi. Aneh, Logi, Pak Witan dan juga Mardian sudah tidak ada lagi di sekitar tenda. Nereka semua sudah pergi.

Kemana mereka pergi? Aku masih kebingunan mencari mereka.

Aku mulai berteriak memanggil mereka satu persatu.

"Mardian..!

Logi...!

"Pak Witan..!

"Kalian dimana..?"

Suaraku terdengar menggema keras di penjuru hutan kebun karet. Namun tidak ada suara yang manyahuti panggilanku.

Kabut tebal sudah turun semenjak tadi aku bangun. Si hitam, si kuning dan semua anjing milik Pak Witan juga tidak ada lagi yang terlihat. Hanya aku sendiri yang masih berdiri di hadapan nyala api unggun kala itu.

Semuanya terdengar senyap, hening dan sunyi. Hanya suara kobaran api dan anginlah yang dapat kudengar.

Ilustrasi (Facebook.com)

Aku kembali teringat dengan kejadian dua bulan lalu, kemudian teringat pula dengan mimpi yang baru saja aku alami. Tiba-tiba saja sekujur bulu romaku ini langsung berdiri tegak seakan dicekam oleh rasa takut yang teramat dahsyat.

Ku letakkan semua kayu bakar kedalam api, setelah itu aku langsung bergegas kembali untuk masuk kedalam tenda. Karena menurutku itulah tempat yang paling aman untuk ku bersembunyi.

Aku mengeluarkan ponselku dari jacket, lalu kemudian menelepon Logi. Akan tetapi ponselnya malah berdering di dalam tas sebelahku, ternyata Logi lupa membawa ponselnya. Aku mulai diganggu oleh pikiran yang tidak menentu.

Apa yang sebenarnya terjadi disini?

Kenapa semua orang pergi dan meninggalkan aku sendiri?

Jangan jangan..?

Ohh tidak... Itu tidak mungkin ya Tuhan...

Tidak mungkin...

Aku benar-benar takut dan juga khawatir. Aku ingin pulang, namun aku tidak berani berjalan sendiri di dalam kebun karet yang angker ini. Aku takut makhluk yang menyeramkan itu datang mengejarku lagi.

Aku membungkus sekujur tubuhku dengan selimut. Dalam samar dapat kulihat cahaya api yang nampak terang di luar tenda. Rasa takutku mulai sedikit hilang. Aku memberanikan diri keluar dari selimut untuk menelepon Mardian dan Pak Witan. Barangkali saja mereka akan mengangkat teleponku.

Biiiipp...

Biiippp..

Suara ponselku berbunyi, namun Mardian belum juga mengangkat teleponku. Aku kembali menelepon nya sekali lagi.

Sekitar beberapa detik kemudian Mardian-pun menjawab teleponku.

"Halo, kalian dimana? Tanyaku langsung ke inti.

Ilustrasi (Merdeka.com)

"Kami disini, masih dalam kebun karet sekitar 300 meter di belakang tenda. Kamu jangan keluar tenda dulu Ray, bahaya, nanti aku ceritain kalau kami sudah sampai di situ, oke?" Mardian langsung menutup teleponnya. Dan akupun menjadi sangat kesal separuh bingung.

Kesal karena aku belum sempat bicara panjang, dan bingung karena dia berkata bahaya.

"Jangan-jangan makhluk itu sudah keluar?" Otakku mendadak saja tiba-tiba berpikir demikian.

Hiiii...

Aku langsung kecut dan kembali mengubur diri dalam selimut.

Angin malam terus berhembus pelan di luar tenda, suaranya terdengar ngeri sekali bagiku. Dahan-dahan pohon terdengar saling menghantam satu sama lain, terkadang pula suaranya terdengar seperti kayu-kayu yang di patahkan.

 Cerita misteri hutan karet bersambung....

Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"