Misteri Hutan Karet Part 13 (Logi Dalam Bahaya)

Misteri Hutan Karet Part 13 (Logi Dalam Bahaya)

"Berarti tadi yang kita dengar itu suara apa? Padahal kita tidak menemukan apapun di sini. Jangan jangan itu adalah suara...? Aku bertanya dengan nada takut kepada mereka. Namun mereka tidak menjawab. Kelihatannya mereka juga sedang berpikir hal yang sama sepertiku.

"Lihat itu! Tiba-tiba Pak Witan mengacungkan telunjuknya ke arah dinding belakang ruangan tersebut. Kami semua serentak menoleh ke arah yang sama. Ternyata di belakang sana ada sebuah pintu ataupun lubang kecil yang setinggi satu meter, akan tetapi lebarnya kurang dari satu meter. 

Kami tidak bisa melihat dengan jelas apakah yang ada di balik lubang tersebut, akan tetapi dalam samar-samar kami masih bisa melihat sepertinya lorong itu mengarah turun ke lantai bawah. 

Ilustrasi (Intersisinews.com)

Yang jelas di dalam sana hanya terlihat gelap dan hitam. Cahaya senter kami tidak bisa menyorot lebih jauh ke dalamnya. Jadi, penglihatan kami terbatas di arah jalan yang sepertinya menurun ke bawah. Entahlah, kami belum bisa memastikannya dengan jelas.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah balik pintu jeruji penjara, barangkali saja pintu jeruji tersebut tidak terkunci. Begitulah pikirku. Tak beberapa lama kemudian, aku menemukan sebuah kunci besi yang dapat ditarik dengan tangan dari luar untuk dibuka. Aku mencoba untuk menariknya. Dan aku pun berhasil.

"Lihat ini! pintunya gak terkunci, ini udah aku buka" Kataku kepada tiga orang temanku. Mereka semua serempak menoleh. Lalu Logi mencoba untuk menolak pintu jeruji tersebut, dan akhirnya pintu jeruji ruangan penjara itupun berhasil terbuka dengan mudah. Kini Logi sudah mulai beranjak ke dalam ruangan tersebut. Sementara kami masih berdiri di luar menunggu giliran.

Satu persatu kami kini sudah berada di dalam. Hal yang paling menjadi perhatian kami adalah lubang gelap yang ada di dinding belakang penjara. Dan kini, kami semua sudah berdiri tepat di mulutnya untuk melayangkan mata memandang. "Pintu apakah ini?" Mungkin begitulah pertanyaan yang mengusik benak kami pada waktu itu.

Ternyata benar, di dalam pintu kecil yang gelap tersebut ada beberapa takah anak tangga yang mengarah turun ke lantai bawah. Namun, sepertinya Pak Witan sedang berfeeling tidak baik. Itu dapat kulihat dengan jelas dari roman wajahnya. Beliau menyuruhku dan Mardian untuk mengambil lampu obor yang beliau selipkan di dinding lorong pertama, yang tadinya telah kami lewati.

Tidak berpikir panjang, kami pun segera bergegas untuk pergi mengambilnya.

Setelah keluar ruangan penjara, kami berdua terus berjalan, dan kemudian mulai berbelok memasuki lorong kecil yang ada di sebelah kiri kami. Kini kami tengah menempuh lorong kecil tersebut menggunakan senter yang menempel di kepala kami.

Sekitar 3 menit kemudian, kamipun berhasil sampai di ujung lorong. Kami langsung berbelok ke arah kanan untuk menuju ruangan pertama tempat kami turun dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Kami belok kanan, dan jalan lorong yang panjang itupun sudah terlihat membentang. Aku dan Mardian terus berjalan untuk mengambil dua lampu obor yang terselip di dinding lorong.

Tak beberapa lama kemudian, kami pun sudah melihatnya. Obor itu masih terselip di dinding seperti sedia kala. Namun ada yang aneh.

"Mar, menurutmu ada yang aneh gak?" Begitu tanyaku padanya dengan nada setengah berbisik.

"Sstt.. diam Ray, ya aku juga tahu ada yang aneh, tapi jangan terlalu keras... Bukan kita aja yang berada dibdalam sini" Begitu kata Mardian padaku dengan tatap mata yang sedikit sipit.

Aku sempat bingung beberapa saat setelah mendengar katanya, bahwa bukan kita saja yang ada di bawah sini.terus siapa lagi? Begitulah tanyaku dalam hati. Namun aku memilih untuk melupakannya.

Obor yang pertama sudah kami ambil, dan kini kami sedang berjalan untuk mengambil obor yang kedua. Dan ternyata keadaan benar-benar semakin membingungkan. Kami berdua bahkan sempat saling tatap beberapa detik dengan ekspresi yang sama, yaitu bingung dalam keadaan menutup mulut.

Ternyata lampu obor yang kedua ini juga sama persis dengan lampu obor yang kami ambil di waktu pertama tadi. Lampu pertama dan kedua sama-sama padam. Aneh sekali menurut kami, padahal kami berada di ruangan bawah tanah, pasti tidak ada angin yang berhembus masuk. Terus, siapakah yang sengaja memadamkannya?

Itulah pertanyaan sedang aku pikirkan. Dan sepertinya aku mulai mengerti maksud dari kata Mardian, bahwa bukan kami saja yang berada di bawah sana. Sepertinya ada lagi Tuhan makhluk yang lain.

Ketika kami mulai berjalan kembali untuk menemui Pak Witan dan Logi, mendadak kami mendengar ada suara telapak kaki yang sedang berlari di belakang kami. Setelah kami menoleh kebelakang, ternyata kami tidak menemukan apapun di belakang kami, padahal suara itu terdengar jelas sekali, terdengar seperti orang yang berlari dari belakang menuju ke arah kami.

Bukan main kagetnya aku dan Mardian, pada waktu itu juga kami langsung bergegas pergi menuju ruangan penjara tempat Pak Witan dan Logi berada. Sebelum tiba di lorong, kami mencoba untuk tetap tenang dengan berjalan dengan santai. Padahal sekujur bulu romaku ini pada waktu itu sudah berdiri tegang. Kini, kami sudah melihat lorong kecil yang berada di samping kiri kami. Lorong kecil itu akan menghubungkan kami ke lorong yang tadi.

Sebelum kami berbelok ke arah kiri, ke arah lorong kecil tersebut, tiba-tiba kami mendengar suara teriakan yang amat keras. Dan setelah itu, suara tersebut diiikuti lagi oleh suara besi yang  terhempas keras kepada besi yang lain. Tidak butuh aba-aba lagi, aku langsung berteriak memanggil Pak Witan dan Logi. Namun mereka tidak menjawabnya. Aku dan Mardian segera berlari ke sana untuk melihat apakah yang sedang terjadi.

Sebelum kami keluar dari lorong kecil tersebut untuk berbelok lagi ke samping kanan, mendadak tiba-tiba kami melihat ada seseorang yang berlari dari arah depan menuju ke arah kami. Aku sempat mengarahkan cahaya senterku ke arah orang tersebut, dan akupun dapat melihatnya, ternyata orang itu adalah Pak Witan.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"