Misteri Hutan Karet Part 13 (Logi Dalam Bahaya)

Misteri Hutan Karet Part 13 (Logi Dalam Bahaya)
Ilustrasi (Hororllogi.id)

"Ray! Mardian! Tolong Logi cepat! Makhluk itu membawa Logi ke ruangan bawah, cepat!" Begitu teriak pak Witan kepada kami. Setelah beliau melihat kami yang semakin dekat, lalu beliau berbalik lagi kebelakang untuk pergi ke tempat semula.

Aku dan Mardian langsung tancap gas. Sambil berteriak pula aku memanggil dan bertanya kepada beliau.

"Logi kenapa, Pak Wo! Apa yang terjadi?" Begitulah teriakku dengan suara yang tercekik sambil berlari. Namun beliau sudah terlebih dahulu berbelok ke arah kanan dan keluar dari lorong tersebut untuk pergi ke tempat ruangan penjara tadi.

Aku dan Mardian terus berlari, beberapa detik kemudian, kami pun sudah berhasil keluar dari lorong sempit itu, dan kemudian langsung pula berbelok ke samping kanan untuk mencari tahu apakah yang sedang terjadi di sana. Itulah yang membuatku bingung dan panik.

Setibanya di ruangan tersebut, Pak Witan sudah menunggu kami di depan pintu gelap, dan sepertinya beliau sedang menunggu kami dan bersiap-siap untuk segera masuk. Kini, kamipun sudah tiba di dekat beliau.

Aku dan Mardian masih tertekuk mengambil nafas, tersengal-sengal menangkan diri beberapa detik setelah cukup jauh berlari.

"Dimana Logi, Pak? Siapa yang membawanya?" Begitu tanyaku pada Pak Witan. Suaraku masih juga terdengar berat, karena nafasku belum juga begitu teratur.

"Makhluk itu membawanya ke bawah sana! Telunjuk Pak Witan menghadap kedalam lorong gelap tersebut.

"Makhluk itu besar sekali, Ray! Aku belum pernah melihatnya! Makhluk itu sangat menakutkan, Ray! Wajah Pak Witan terlihat berantakan. Sepertinya beliau masih panik dengan kejadian yang baru saja terjadi menimpa beliau dan Logi.

"Apakah dia setinggi ini, pak? Aku menunjuk dinding bagian atas ruangan dengan telunjuk.

"Iya, sekitar 2 meter lebih. Matanya merah, dan dia berbulu lebat, Ray. Dia juga bertanduk!" Nada suara Pak Witan terdengar masih panik. 

Beliau bahkan menjawab pertanyaanku itu dengan suara yang setengah berteriak. Sebelum ini aku belum pernah melihat beliau panik seperti itu. Sepertinya makhluk yang beliau lihat itu adalah makhluk yang sama dengan makhluk yang mengejarku dua bulan yang lalu.

"Baiklah Pak, tenang dulu sebentar, Pak Wo" Begitu kata ku dan Mardian untuk menenangkan beliau. Dan kini, Pak Witan mulai menenangkan diri beliau.

Pad saat itu juga, tiba-tiba kami mendengar suara anjing yang menggonggong dari arah arah ruangan pertama. Sepertinya itu adalah suara anjing milik kakekku. Iya, benar, suara itu adalah suara si hitam" Begitu kataku dalam hati.

"Tapi bagaimana mungkin dia bisa masuk ke dalam ruangan bawah tanah ini? Bukankah itu terlalu tinggi untuk melompat? Begitu tanyaku singkat dalam hati. Entahlah, aku tidak tahu. Karena bagiku itu bukanlah suatu hal penting yang patut di pertanyakan. Karena situasi pada saat itu benar-benar dalam ke adaan gawat dan darurat.

Aku berjalan sedikit keluar ruangan penjara, dan kemudian mulai berteriak memanggil anjingku tersebut dengan panggilan yang biasa aku gunakan sewaktu memberinya makan.

Tiba-tiba suara gonggongan anjing tersebut langsung lenyap. Aku pun ikut diam beberapa detik untuk mendengarnya lebih jelas. Sedangkan Pak Witan dan Mardian masih bercakap-cakap mengenai kejadian tadi yang menimpa Logi.

Tak beberapa lama berselang, tiba-tiba suara si hitam terdengar kembali. Kali ini suaranya sudah semakin dekat. Aku menebaknya bahwa si hitam itu sedang berlari di lorong kecil untuk mencari asal suaraku. Aku kemudian kembali memanggilnya lagi. Dan ternyata benar, si hitam sudah muncul dan sedang berlari untuk menemuiku.

Kini si hitam sudah sampai di dekatku. Dia langsung menempelkan tubuhnya pada kakiku. Aku langsung mengelus kepalanya dengan pelan.

"Anjing pintar, aku merasa sedikit lega kalau kau ada bersama kami" begitu kataku sambil menegeluasnya. Dalam hati, aku masih bertanya-tanya dan tidak tahu, bagaimanakah caranya sihitam ini bisa masuk ke dalam sini? Entahlah, aku benar-benar tidak tahu.

"Ray, bagaimana mungkin anjing itu bisa turun ke sini?" Begitu tanya Mardian dengan nada yang sedikit bingung. Entahlah, aku hanya menggelengkan kepala menjawabnya. Sepertinya hal tersebut juga membuat Mardian menjadi bingung.

Lalu Pak Witan tiba-tiba memotong,

"Anjing itu adalah anjing yang paling hebat selama ini yang pernah aku temui. Dia bahkan sering melakukan hal-hal yang gila yang tidak mungkin dapat di lakukan oleh anjing-anjing yang lain" Begitu kata Pak Witan.

Setelah mendengar kata beliau tersebut, aku juga sedikit setuju, karena aku pernah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Kejadian itu terjadi dua bulan yang lalu. Anjing tersebut bahkan sampai berani menghadapi makhluk tersebut seorang diri untuk menyelamatkanku yang pada saat itu hampir berhasil lari untuk keluar melewati kebun karet. Aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku ini jika saja si hitam tidak kembali kebelakang untuk menjemputku, mungkin aku sudah tertangkap dan di cabik-cabik.

Pak Witan kembali berkata,

Anjing ini pernah menyelamatkan nyawaku. Ketika itu aku di serang oleh beruang madu di malam hari, tiba-tiba saja entah dari mana asalnya, anjing ini datang dan kemudian melompat ke punggung beruang, lalu menggigit beruang tersebut di bagian kuduk, sehingga aku pun berhasil lari dan menyelamatkan diriku. Pada saat itu juga, ayahmu datang dan kemudian menembak beruang itu hingga tewas"

Mendengar cerita Pak Witan, itu sepertinya membuatku merasa sedikit beruntung karena telah memilikinya.

Kembali pada cerita.

"Ayo kita masuk sekarang! Logi teman kalian itu pasti sedang dalam bahaya, ayo cepat! Begitu pekik pak Witan dengan nada panik. Dan beliau kini sudah mulai membungkuk untuk masuk ke dalam lubang tersebut.

Setelah itu, aku dan Logi pulalah yang menyusulnya dari belakang.

Ruangan itu terlihat sangat gelap, jika saja tidak ada cahaya senter kami, pasti kami tidak bisa melihat apapun. Di dalam sana sekitar 10 meter berjalan, di sana terdapat anak tangga yang mengarah turun ke ruangan bawah tanah. Tangga itu terlihat cukup panjang. Mungkin panjangnya sekitar 15 meter, kemudian berbelok lagi ke arah yang berlawan.

Pak Witan adalah orang yang pertama memimpin di depan. Beliau menggunakan lampu obor di tangan kiri, sementara tangan kanan memegang golok dengan sigap. Mardian berdiri tepat di belakang beliau, dia mengarahkan ujung senjata ke arah depan untuk berwaspada dan juga sekalian untuk menjaga keamanan Pak Witan dari belakang.

Ilustrasi (TripAdvisor.id)

Kami sudah sampai di ujung tangga, ternyata benar, tangga itu berbelok lagi ke arah belakang kami (berlawanan). Pak Witan masih memimpin jalan dengan sangat hati-hati sekali. Aku menyuruh si hitam untuk maju ke depan Pak Witan, karena menurutku, dalam hal yang seperti ini, anjing lebih jago daripada manusia. Karena mereka punya penciuman dan pendengaran yang jauh lebih tajam.

Kini, kami mulai turun melewati anak tangga tersebut. Di sana, ruangan masih juga terlihat gelap. Sama persis seperti tangga yang baru saja kami lewati.

Ada yang menarik perhatian kami di ujung tangga tersebut. Di sana terlihat ada lagi sebuah ruangan ataupun jalan. Entahlah aku tidak tahu.

"Ya Tuhan, besar sekali bangunan ini. Tolong selamatkan temanku itu" Begitu gumamku denga nada cemas.

Kami terus mengikuti jalan yang menurun ke arah bawah untuk mencapai ruangan tersebut.

Kisah Misteri Hutan Karet bersambung....



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"