Cerita Seram KKN di Desa Sukawedi (Final)

Cerita Seram KKN di Desa Sukawedi (Final)

Cerita sebelumnya: Part 5

Di beberapa hari-hari terakhir kami akan pulang mereka komplotan begal kembali berulah untung sepeda motor kami dirantain dan anak laki-laki semakin giat berjaga jadi alhamdulillah tidak kecolongan sampai kkn berakhir. Akhirnya cerita seram ini akan segera berakhir pikirku.

Dan akhirnya hari terakhir dikontrakan tiba aku segera berkemas dan menelfon orang tua untuk menjemput, hari itu ibu kembali berbincang dengan nenek di sebelah rumah yang hidup sendiri.

Ilustrasi (afifharuka.blogspot.com)

Nenek bercerita jika sebenarnya pemilik rumah yang kami kontrak adalah pasangan suami istri, anak dari si ibu kontrakan. 

Mereka punya anak dua yang sulung laki dan bungsu perempuan yaitu cucu dari ibu kontrakan yang sering kami temui dan ikut bimbel. 

Karena suatu hal lebih tepatnya cekcok dengan orang pasangan suami istri tersebut meninggal dengan tidak wajar. 

Seketika aku shock, ah dijaman sekarang masih ada main santet? Kata nenek perut suami istri tersebut membesar, kasihan sekali. Memang dikota itu masih kental main dukun. Jadi wajar banyak cerita seram-nya.

Aku yang mendengar seketika merinding, untung sudah hari terakhir dan kami tidak membuat ulah. 

Aku tidak dekat dengan Dya jadi aku tidak bisa menceritakan detail soal apa yang ia alami. Singkat cerita sudah saatnya kita pulang kerumah masing-masing dan kkn telah berakhir, setelah acara penutupan dikecamatan yang diadakan kampus dan panitia dari kelompok desa lain kami juga berpamitan dari dusun maupun desa lalu menuju kekampus karena Ina sedang ulang tahun dan sudah jadi kebiasaan disini yang ulang tahun yang traktir lol. 

Kami bercerita apa saja yang kami alami disana. Tapi karena ada sedikit crash antara Dya dan Ina jadi Dya tidak ikut acara dan pergi bersama Andy, Abi juga tidak ikut karena ada pesanan catering dirumah, jadi dia membantu ibunya. aku lupa saat itu Iga ikut atau tidak.

Ilustrasi hantu (Tanahnusantara.com)

"Eh ternyata Abi bisa ngelihat ya, waktu itu aku sama Shishi di pintu ngehalangin jalan terus Abi bilang, jangan disitu awas ada yang mau lewat, ya aku merinding langsung nyingkir sama Shishi" ucap Dini membuka percakapan saat kami duduk melingkar dikantin.

"Iya aku juga takut sebenernya sampe sekarang sama Dya, kayak ada yang beda gitu. Mungkin yang ngikutin gak suka soalnya aku yang bawa si item dulu" saut Kiky.

"Pernah juga, pas aku wudhu aku ngerasa pas aku ngelirik dibelakangku itu Alaf tapi pas selesai wudhu ternyata kiky" Dini.

"Iya emang aku yang nungguin kamu wudhu gak ada Alaf" Kiky menimpali.

"Berarti emang dia bisa nyamar" yakin Dini. 

"Lah pantesan tiap malem kalau aku dari kamar mandi kalian ngelihatin mulu terus mesti manggil namaku" ujarku kaget.

"Hehe iya cuman buat mastiin beneran kamu bukan"

"Oh iya Sit aku mau bilang kalau malam itu bukan aku yang cekikikan" lanjutku berbicara seraya menatap Siti.

"Hah yang bener," saut Siti dengan ekspresi kaget.

"Iyaloh, lagian aku diem aja dan logika deh Abi yang nungguin kamu depan pintu kamar mandi aja gak denger suara ketawa nah kamu yang dalem kamar mandi malah denger" 

"Ah janc** kamu kok baru ngomong sekarang sih," balas Siti.

"Lah kalau pas itu aku bilang kamu malah ketakutan tulul," sengitku.

"Hehe iya se" ujar Siti dan tertawa pelan.

"Mungkin suara si cewek penunggu belakang kamar" ucapku sok tau.

"Bukan itu yang godain yang suka cekikikan penunggu pohon bambu didepan" kata Ina yang akhirnya nimbrung.

"Woh jalan jalan dong dia" dengan nada bercanda aku menimpali. Setelah itu kami berbincang soal laporan kelompok yang belum selesai dan lain-lain.

Mungkin ini tidak ada sangkut pautnya dengan mistis tetapi aku tidak bisa menghilangkan fikiran apa yang dilakukan Dya dan Andy saat kami tinggal berdua saja dikontrakan selama kami mengajar bimbel. 

Juga saat mereka sering berduaan di dalam kamar setelah resmi menjadi sepasang kekasih karena cinlok. Semoga yang aku fikirkan tidak benar.

Pesanku entah itu dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun kita harus menjaga sikap, apalagi ditempat asing yang kita datangi sebagai tamu. 

Tetapi janganlah kalian merasa segan apalagi takut dengan mereka karena sejatinya derajat manusia lebih tinggi dari makhluk lain yang ada bumi, cukup bersikap biasa saja, jangan menantang kalau ingin tetap tinggal dengan tenang.

Padahal sedari awal kita sudah diwanti untuk selalu menjaga sikap, tutur kata dan tata krama, tetapi namanya manusia yang tak luput dari khilaf hal ini bisa sampai terjadi pada kelompok kami.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"