Cerita Horor Bahasa Indonesia: Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi Part 3 (Gengaman Aneh)

Cerita Horor Bahasa Indonesia: Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi Part 3 (Gengaman Aneh)

Kali ini ada sebuah cerita horor bahasa indonesia yang nyeremin gengs. Katanya sih di daerah Bekasi sana.

Cerita ini berasal dari akun Facebook yang bernama @SatanismeTheSecret. Tanpa babibu langsung aja kita simak bareng yuk gimana menyeramkannya cerita ini.

  • Cerita Horor Bahasa Indonesia: Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi Part 2

Tapi kalau adek memang berniat membelinya dan tetap ingin membangunnya, tidak apa-apa. Yang punya namanya Haji A. Saya bisa pertemukan adek sama dia kalau mau. Pemilik langsung. 

Tapi belum tahu ya dijual atau tidaknya. Ini nomor teleponnya, Pak Dudung ke dalam rumah lalu mengambil hape jadul miliknya mencari nomor kontak Haji A.

Ilustrasi (taringa.net)

Gue segera menulis nomor telepon dan berniat menghubungi Haji A besok siang. Gak pake basa-basi, langsung saja gue pamit ke Pak Dudung karena hari udah malam banget.

Esok siang, sekitar jam 11.00 WIB, gue menelepon Haji A. Semesta udah kayak mendukung gue, langsung diangkat dong telepon dari gue.

Misi pak, dengan Pak Haji A. 

Saya J, saya semalam lihat tanah di Cikunir, bla bla bla. Saya niat mau beli, kira-kira dijual gak, pak?

Dari seberang telepon Haji A langsung menyuruh gue menemuinya di Bandung. Sekarang dia tinggal di sana. Haji A juga sama-sama pengembang kayak gue, tapi dia lebih kenceng bisnisnya dan main lahan-lahan gede juga pabrik. Setelah Haji A memberikan alamatnya, gue langsung meluncur hari itu juga ke Bandung.

Gue sampai di Bandung sekitar pukul 17.00 WIB plus nyari-nyari alamat Haji A di Cicadas, Bandung. Dia menyambut gue dan langsung mempersilakan gue duduk. Kue-kue sudah berjejer rapi di atas meja lengkap dengan air mineral. Sebentar ya, saya lagi pesan makanan. 

Kesian datang jauh-jauh dari Jakarta, kata Haji A.

Kali ini gue cuma nyengir karena memang gue laper berat. Sementara menunggu makanan, Haji A ikutan duduk sambil basa basi soal perjalanan Jakarta - Bandung. Sekitar setengah jam basa basi, pesanan makanan sudah datang. Dia mempersilakan gue untuk makan. Kami makan bareng, mesra banget elah.

Kelar menyantap nasi plus ayam goreng tepung, Haji A mulai tanya kenapa gue tertarik dengan lahannya. Belum gue jawab, dia nanya lagi apakah gue sudah tahu sejarah lahan tersebut.

Ilustrasi (IDN Times)

Gue cerita soal semalam ketemu Pak Dudung. Haji A cuma manggut-manggut. Intinya ada hal-hal mistis atau tidak, gue tetep naksir lahan tersebut dan gue yakin bakal untung gede. Haji A cuma nyengir.

Sudah tahu di situ ada rumah, sumur, dan kuburan? tanya Haji A. Gue menggeleng karena Pak Dudung emang gak ngasih tau. Lagipula gue datang kesitu malam dan kebun itu tertutup sama rindangnya dedaunan pohon yang jejeran rapi. Setelah saya kasih tahu, masih mau beli? Tanyanya lagi. Gue mengangguk. 

Peduli demit sama konsekuensinya nanti, yang jelas biar lahan ini jadi milik gue dulu.

Senyum Haji A berangsur-angsur menghilang, dia menghela nafas. Dia bangun dari kursi dan menuju ke ruangan lain, lalu kembali ke ruang tamu sudah membawa sertifikat tanah. 

Bayar aja setengah dari harga pasaran. Terus terang saya sudah menyerah membangun lahan itu. Buldozer yang dikerahkan, truk-truk semua pada gak berfungsi. Sampai buldozer saya harus diangkut truk besar karena gak bisa nyala lagi, cerita Haji A.

Agak-agak ragu jadinya, tapi ragu tersebut luntur sebab hawa nafsu menggebu yang ingin segera mengolah lahan itu. Apalagi prosesnya cepet banget. Haji A benar-benar mempercayakan sertifikat aslinya untuk gue bawa langsung dan diverifikasi di Badan Pertanahan Nasional di Kota Bekasi. 

Saya melihat kesungguhan niat adek J. Ngapain kalau gak niat beli jauh-jauh sampai kemari. Bawa dulu, verifikasi, udah selesai, tinggal bayar setengah, adek bisa langsung ganti nama, ujar Haji A lagi.

Buset, gue makin semangat.

Udah kelar ini itunya, tibalah hari yang dinanti-nantikan. Ya, lahan itu sudah milik gue sepenuhnya. Dua minggu setelah balik nama, sore hari, tepatnya di Jumat, Oktober 2007, gue habiskan waktu berjalan-jalan di lokasi lahan. Ada sebuah rumah yang udah rusak banget. 



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"