Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 9 (Kejadian di Kreta Api)

Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 9 (Kejadian di Kreta Api)

Hai penggemar horor, apakah kalian pengen baca-baca ceritanya hantu dari pengarang kisah horor legendaris KKN Desa Penari yang ngeri banget itu.

Kali ini di cerita hantu berserinya ada yang berjudul "Padusan Pituh" seperti apa kengeriannya? Yuk kita baca bareng-bareng gengs.

  • Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 8

Wanita itu tak kunjung pergi, ia mengenakan gaun lawas cokelat, dengan belanjaan tas sayur di samping kakinya, Mira berusaha mengabaikannya, namun aneh, Mira merasa wanita tua itu terus melihat dirinya, tak sedetikpun ia berpaling, ekspresinya begitu dingin.

 

Merasa ada yang salah dengan si wanita, Mira berdiri, ia berniat untuk pergi, Mira mengangkat tas punggungnya, tapi si wanita ikut berdiri, membuat Mira semakin yakin ada yang salah dengannya.

Ilustrasi (yudibatang.com)

Mira melangkah pergi, sesekali ia melihat si wanita mulai berjalan mengikuti di gerbong lain, Mira melihat banyak sekali orang menatapnya aneh, Mira berjalan tenang berusaha membaur dengan mereka, ia menoleh namun tak di dapati si wanita itu, belum, sampai si wanita melangkah masuk mendekatinya, Mira kembali berjalan berusaha menjaga jarak.

 

Mira memilih berhenti, ia duduk di salah satu kursi paling sudut, sesekali ia melihat si wanita, aneh sekali, kali ini si wanita hanya berdiri diam, mematung

Mira mencoba tenang, ia terus meyakinkan dalam dirinya tak ada yang salah, tak ada yang salah, berulang-ulang kali.

 

Di jendela hujan deras turun, langit mendung, sementara kereta mulai memasuki area persawahan, Mira merapalkan jaket, memeluk tas punggung, sembari sesekali mengawasi, si wanita masih berdiri tapi anehnya, tak ada satupun orang yang merasa terganggu dengan kehadirannya.

Seorang lelaki yang duduk di depan Mira juga bersikap aneh, saat mata mereka bertemu, ia langsung membuang muka seakan melihat sesuatu yang mengerikan, Mira menatapnya lekat-lekat tangannya gemetar hebat sembari mencengkram koran.

"Pak" tanya Mira, si lelaki tersentak kemudian pergi 

kepergian lelaki itu membuat Mira semakin bingung, ia menatap ke tempat di mana wanita itu berdiri, ia masih di sana, namun sesuatu terjadi.

Hening, Mira tak bisa mendengar apapun, bahkan suara hujan di luar jendela pun tak bisa ia dengar, si wanita mengangkat tangan menunjuk.

 

Saat itu juga, fenomena itu terjadi, semua orang yang ada di dalam kereta berdiri, menatap Mira semuanya.

Mira bersiap, ia mengenggam rapat tas punggungnya, si wanita melangkah mendekatinya, semakin dekat, semakin dekat, dan, "Nduk".

Mira menghantam kepala si wanita dengan tas 

Mira mendudukinya terus memukul-mukul kepala si wanita, Mira begitu kalap, teriakan si wanita membuyarkan semuanya, ia terus meminta-minta tolong dan Mira baru sadar, di sekelilingnya orang-orang berkerumun untuk memisahkannya, yang terjadi berikutnya Mira terguncang bingung.

 

"Ini minumnya mbak" kata seorang lelaki petugas stasiun, Mira duduk di dalam ruangan itu di mintai penjelasan "nyapo to, ngantemi ibuk- koyok wong kesurupan" (kenapa sih, anda memukuli ibu- kaya orang kesurupan) kata si lelaki.

"Maaf pak, saya juga ndak tau" kata Mira menunduk, 

si petugas melihat kawannya, ia memberikan gestur tangan "STRESS!!" Mira menoleh, si petugas tampak tidak enak hati tersenyum sebelum melihat ke tempat lain.

"Saya ndak stress pak"

Si petugas setuju, karena yang seharusnya stres mungkin ibuk yang di pukuli, di siksa di dalam gerbong 

"sebenarnya anda beruntung, dia gak nuntut, anda boleh pergi, tapi sebelumnya, buku apa ini?"

Mira menatap buku yang di bawa, buku itu tampak begitu usang bila di perhatikan lagi.

"Itu peninggalan keluarga pak."

Ilustrasi (IDN Times)

Si petugas mengangguk mengembalikannya, "anda mau kemana?" 

Mira mengambil buku, membuka lembaran di dalamnya, menunjuk pada si petugas, ketika si petugas melihat itu, ia menatap Mira, melotot sebelum memanggil kawannya, wajah mereka tampak begitu panik sebelum mengatakan "mbak boleh pergi sekarang!!" kata si petugas tiba-tiba, "monggo".

 

Hujan masih turun, Mira melangkah menembus jalanan, masih terasa aneh, karena di setiap Mira melangkah, semua orang yang berpapasan dengannya seakan-akan melihat dirinya begitu dingin, begitu membuat Mira tenggelam dalam kengerian yang ia ciptakan sendiri.

 

"Mas, bisa anterin kesini" tanya Mira kepada seseorang yang duduk berteduh, Mira menunjuk tulisan dalam bukunya, namun seperti yang lain, ia tiba-tiba pergi meninggalkan Mira seorang diri.

"Asu" ucap Mira lirih, sudah lebih dari 10 kali ia di perlakukan seperti ini.

 

Tanpa dapat satu-pun orang yang mau membantunya, Mira terpaksa tidur di stasiun, saat itu dia bertemu lagi dengan si petugas, "mbak yang tadi toh".

Mira berdiri menatapnya, "saya ndak dapat tumpangan pak".

Si petugas kemudian duduk, ia menatap Mira, "ya sudah, saya antar saja ya".

 

Hujam sudah reda, namun mendung belum juga pergi, si petugas stasiun memberi Mira helm sebelum mengeluarkan motor buntut tahun lawas, Mira menaikinya, perlahan motor berjalan pelan sebelum akhirnya menembus jalanan.

Di sana ia bercerita, bercerita tentang desa itu 

"terakhir saya kesana itu sudah lama mbak" ia melihat Mira dari kaca spion, "kalau mbak bingung kenapa banyak orang menolak sebenarnya karena sesuatu".

"Sesuatu?"

"Iya. katanya, di sana" si petugas menelan ludah tampak ragu, "ada Brangos."

"Brangos itu apa pak?"

Si petugas diam 

"saya ndak bisa ngasih tahu lebih jauh, katanya Brangosnya muncul juga baru beberapa tahun ini, saya belum pernah lihat, saya juga penasaran sebenarnya."



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"