Cerita Hantu Bersambung: Petaka di Cemara Timur Part 10 (Hewan Aneh)

Cerita Hantu Bersambung: Petaka di Cemara Timur Part 10 (Hewan Aneh)

Sedang hits nih cerita hantu bersambung yang judulnya "Petaka di Cemara Timur". Diketahui cerita ini berasal dari akun Instagra @ardeks yang sampai booming.

Oiya perlu diingat, Kisah dan foto ini berdasarkan 50% kejadian nyata, 30% fiksi, dan 20% asumsi. Demi menghormati privasi warga setempat, bagi yang tahu soal lokasi aslinya, mohon untuk tetap merahasiakannya ya.

Ilustrasi (SatuMedia.Net)

Dalam tidurku malam itu, aku bermimpi lagi. Jika sebelumnya aku berada di depan pintu misterius, kini pintu itu sudah terbuka dan aku masuk ke dalamnya. Ini ruangan yang sama dengan ruang tamu rumah Pak Wongso.

Sama seperti bagian luarnya yang berwarna hijau, bagian dalam rumah ini juga dicat hijau, dari tembok, pintu, sampai jendelanya.

Di dalam sangat gelap, padahal masing siang. Bunyi langkah yang diseret muncul dari balik pintu ruang keluarga. Lalu keluarlah Pak Basit bersama Pak Wongso di sebelahnya. Pak Basit tampak lemas dan pucat, sedangkan Pak Wongso masih gagah seperti biasa.

Baru hendak kuhampiri, sesosok makhluk tinggi besar keluar dari balik kegelapan. Dia mendekap mereka berdua erat-erat, lalu melayang mendekatiku, seperti hendak memelukku juga.

Aku melangkah mundur. Mau berlari tapi rasanya berat sekali. Akhirnya aku hanya memejamkan mata.

Ketika mata kubuka, ternyata makhluk itu masih di sana. Muka hijaunya meringis lebar tepat di depan mukaku. Ukuran kepalanya dua kali kepalaku. Aku kaget, lalu terbangun.

Sembari terengah-engah, kulihat jam di meja. Ternyata sudah pukul 6 pagi. Aku buru-buru keluar kamar untuk menghirup udara segar dan merasakan matahari pagi.

Di luar, teman kosku yang bisa melihat hal gaib itu sedang merokok dan memainkan ponselnya. Sejenak dia hanya memandangiku tanpa berkata apa-apa.

.

"Tumben pagi udah bangun, Bro?" sapaku.

Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya. "Aura lo kok jadi ijo begitu. Tapi ijo aneh. Lo kayak bukan lo. Abis ngapain sih lo?"

.

"Ijo?" kataku terhenyak. Kenapa bisa pas dengan suasana mimpiku? Aku mulai kebingungan membedakan mana yang sekadar mimpi dan mana yang nyata.

Ilustrasi (WinNetNews.com)

Aku tidak suka ketidakjelasan seperti ini. Aku harus memastikannya. Dan satu-satunya orang yang paling tahu soal ini adalah Pak Wongso. Dia dan rumahnya berkali-kali masuk ke mimpiku. Tanpa bermaksud menuduh apa pun, aku hanya ingin meminta pendapatnya.

Maka, hari itu juga aku kembali ke rumah hijau Pak Wongso. Semoga kali ini pertemuan kami bisa berjalan lancar dan semuanya bisa terkuak.

Aku melangkah di antara semak-semak yang mengelilingi bangku hijau di tengah hutan. Kali ini aku agak bergidik melihat bangku itu, padahal sebelumnya biasa saja. Mungkin karena mimpi buruk yang tak kunjung selesai.

Tak lama, aku kembali sampai di gerbang rumah Pak Wongso. Satpam tampak kaget melihat kedatanganku lagi. Namun dia tetap berusaha ramah dan mengantarkanku ke ruang tamu.

Ketika Pak Wongso melihatku, ekspresinya lebih kaget dibanding satpam tadi. "Lho, ada apa lagi, Mas?" tanyanya.

.

"Maaf, Pak," kataku sambil menyalaminya. "Kemarin kan belum selesai ngobrolnya. Hehe." Aku pun kembali menanyakan hal yang sama, yaitu soal Pak Basit. Aku juga sedikit berbasa-basi tentang kemunculan rumahnya beberapa kali di mimpiku.

.

"Saya ko mimpiin rumah ini terus, ya? Memang bikin betah ni rumah. Heuheu," kataku berseloroh.

Namun, Pak Wongso malah terlihat kesal. Dia kembali pamit untuk beristirahat. Waktu akan berpisah, dia menyalamiku cukup lama sambil memejamkan mata. Setelah itu, dia masuk ke kamarnya.

Aku pulang dengan perasaan yang masih mengganjal. Kenapa dia selalu tampak kesal setiap aku bertanya soal Pak Basit. Baru 20 meter dari gerbang, aku kembali merasa mual dan pening. Sial, penyakit ini lagi.

Aku segera membungkuk dan memuntahkan isi perut. Pak satpam sepertinya memandangiku dari balik gerbang, tapi aku tak peduli.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"