Nah, analisis dari semua jawaban responden adalah ... anak-anak yang sering dibohongi orang tuanya lebih berisiko jadi "orang yang kurang diharapkan masyarakat". Waduh!
Di masa depannya, anak-anak yang sering dibohongi itu bisa lebih sering berbohong, egois, dan pembangkang.
Selanjutnya, analisis penelitian kebiasaan berbohong itu juga menyebutkan bahwa ada pengaruh pada sifat dan sikap anak yang sering dibohongi orang tua. Dampaknya bahkan bisa kesulitan memahami sesuatu gengs.
Tapi, ini berbeda dengan kebohongan yang biasa aja atau dalam taraf umum. Kayak ungkapan "permennya udah abis". Padahal masih ada.
Di samping itu, penelitian ini masih perlu dilanjutkan juga sih. Soalnya belom sepenuhnya jelas soal kebohongan apa yang boleh dan gak boleh kepada anak-anak. Termasuk juga penyebab orang tua bohong kepada anak.
Profesor Peipei juga bilang, kira-kira apa sih yang harus dilakukan orang tua biar bisa mengatakan yang sebenarnya kepada anaknya. Daripada bohong terus. Makanya, dibutuhkan penelitian lebih lanjut soal ini.
Jadi, stop kebiasaan berbohong kepada anak-anak kalo masih bisa menjelaskan kepada mereka.