Marine Le Pen merupakan salah satu calon presiden Prancis yang baru saja melontarkan isu yang kontroversi. Jika terpilih sebagai Presiden, Le Pen akan melarang wanita memakai jilbab di Prancis di tempat umum. Kira-kira apakah langkah Le Pen akan mulus jadi Presiden seiring kontroversinya?
Tentu banyak orang Islam di Prancis yang menolak kebijakan Le Pen. Apalagi penduduk beragama Islam di Prancis berjumlah 6 juta orang. Meski minoritas tetapi warga muslim di Prancis akan memberikan suara di pemilu pendatang. Proses debat calon presiden juga membahas isu seputar kehidupan umat Islam di Prancis selain perang Ukraina dan kesehatan serta pajak.
Le Pen mengatakan jilbab sebagai bentuk dari manifesto politik. Sebelum jilbab diwacanakan akan dilarang di Prancis, cadar atau burqa sudah lebih dulu menjadi aksesoris orang Islam yang dilarang di negara Napoleon tersebut. Jika Le Pen diduga tidak membela orang Islam di Prancis bagaimana dengan Emmanuel Macron yang kembali mencalonkan diri sebagai presiden?
Dalam beberapa kampanyenya, Macron tak memasukan simbol-simbol Islam dalam program pemilunya. Sebagai petahana, Macron tampaknya sadar betul isu tentang agama Islam akan sangat sensitif jika dilontarkan dalam Pilpres kali ini. Macron sadar jika ia membutuhkan suara dari orang muslim di Prancis.
Le Pen menanggapi ketika Macron menyebut bahwa sejumlah lingkungan di mana perempuan tidak memakai jilbab akan dikucilkan, mereka diadili karena tidak memakai jilbab. Le pen pun punya jawaban tersendiri sekaligus serangan baik untuk kompetitornya.
“Mengenakan jilbab di depan umum di Prancis masuk kategori sebagai bentuk pelanggaran dan pelakunya bisa dihukum denda oleh Polisi, seperti layaknya pelanggaran aturan lalu lintar,” ujar Le Pen. “Jilbab dipakai oleh Islamis,” tambah Le Pen diucapkan saat wawancara dengan BFM TV.