Tapi, tentunya ada sisi gelap selama masa pertambangan di tahun-tahun itu. Pemerintah Hindia Belanda diketahui menggunakan narapidana sebagai tenaka kerja juga. Narapidana berasal dari pulau Jawa, Sulawesi, dan Medan.
Dari narapidana tersebut, ada yang tawanan politik, ada yang emang kriminal penjahat kelas kakap. Mereka yang tawanan politik adalah orang yang melawan Belanda.
Melansir Antara, pekerja dipaksa bekerja dengan kaki yang dirantai. Tetapi setelah selesai bekerja, tangan juga ikut dirantai.
Mereka ditempatkan di gua yang dindingnya ada pecahan kaca. Jadi, nggak bisa bersandar.
Ada banyak siksaan berupa cambukan dan makanan yang dikasih sangat terbatas. Makanya, nggak heran kalo ada yang meninggal saat kerja paksa.
Sudarsono, pemandu lubang tambang Mbah Soero mengatakan pada Antara, "Waktu itu, banyak pekerja yang meninggal di dalam lubang tambang. Ketika kami membuka bekas tambang ini pada 2007, kami menemukan banyak sekali tulang belulang manusia."
Nggak kayak dulu, sekarang Kota Sawahlunto yang didirikan Belanda ini menjadi tempat wisata sejak 2008. Banyak wisatawan dan generasi muda yang nggak tau sisi gelap sejarah kota Sawahlunto. Gimana menurut kalian gengs soal Kota Sawahlunto?