Selama menjadi Presiden selama 32 tahun di Indonesia, Soeharto mendapatkan sokongan dari partai Golkar atau Golongan Karya. Partai berlambang pohon beringin itu memang identik dengan Soeharto dan orde baru.
Namun uniknya Soeharto sama sekali tidak pernah menjabat sebagai ketua umum (ketum) Golkar. Melansir dari Tempo.co, Soeharto pertama kali memegang jabatan di Golkar usai pemilu tahun 1971 yang dimenangkan oleh Golkar.
Saat itu Soeharto menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar. Sejak Soeharto masuk ke Golkar sebagai Ketua Dewan Pembina, perkembangan partai yang identik dengan warna kuning itu memiliki kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Setiap pemilu dilangsungkan Golkar selalu mendapatkan banyak suara dibandingkan dua partai pesaingnya yakni PPP dan PDI.
Meski tidak jadi ketua umum namun dengan posisi sebagai Ketua Dewan Pembina, Soeharto mampu mengendalikan Golkar. Golkar dijadikan kendaraan politik oleh Presiden ke-2 Indonesia itu. Sejak pemilu tahun 1971 hingga pemilu 1997, Soeharto menjadi Ketua Dewan Pembina di Golkar.
Soeharto memberikan strategi untuk pemenangan Golkar. Peran Soeharto memang sangat sentral. Meski tidak jadi ketua umum, namun Soeharto menjadi pengambil keputusan paling tinggi di Golkar pada masa itu.
Posisi ketum bahkan seakan tidak begitu terlihat karena kalah pamor dari Soeharto. Kepemimpinan Golkar pun akhirnya hanya dilaksanakan oleh Soeharto yang mampu mengambil keputusan penting terkait Golkar. Posisi ketum hanya sebatas pelaksana dari keputusan yang diambil Soeharto.