Guitar Hero Live, Pengalaman Pahit Bermain Gim Berlangganan

Guitar Hero Live, Pengalaman Pahit Bermain Gim Berlangganan

Tidak selamanya sebuah model bisnis berjalan seperti yang diharapkan. Apalagi didalam dunia internet meskipun sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun. Inovasi, trend, teknologi, hingga preferensi konsumen bisa berubah dengan cepat. Bagi yang tak mampu mengikuti hal ini, mungkin kalian akan merasakan apa yang dilakukan Activision pada gim Guitar Hero Live (GHL) mereka.

Guitar Hero Live (polygon.com)

Activision pada tahun 2015 pernah memiliki sebuah inovasi yang pada masa itu terlihat inovatif untuk gim repetitif yang secara gameplay tidak berkembang lagi, namun konten bisa terus berkembang mengikuti perkembangan dunia musik.

Caranya adalah dengan mengaitkan daftar lagu Guitar Hero pada layanan berlangganan sehingga bisa terus mengupdate daftar lagu tanpa harus meluncurkan gim baru. Layanan ini bernama Guitar Hero TV. Semua nampak bagus hingga perusahaan memutuskan untuk menghentikan layanan tersebut di akhir tahun 2018. Jika seorang pemain sempat mendapati 484 lagu di dalam playlist mereka, per akhir Desember jumlah lagu yang bisa dimainkan hanyalah 42 trek seperti yang ada dalam kopian gim yang mereka beli.

Kondisi tersebut sempat membuat seorang pria dari Los Angeles Amerika Serikat mengajukan gugatan kepada Activision. Dalam gugatan tersebut tercatat bahwa Robert Fishel, nama pria tersebut, membeli GHL dua tahun setelah debutnya pada tahun 2015. Namun ia mendapati banyak lagu yang terdapat di dalam iklan tidak dapat ia mainkan. Gugatan tersebut sebenarnya telah dicabut dan sekarang muncul sebuah program refund dari Activision untuk orang-orang dengan syarat tertentu, ketika ingin mengambalikan gim dan mendapatkan uangnya kembali.

Guitar Hero Live (engadget.com)

Meski secara resmi tidak ada penjelasan terkait hubungan antara gugatan, yang sekarang telah dicabut, dan program refund tersebut, banyak yang menduga program ini adalah cara Activision menghindari gugatan dari pealnggan lain terkait masalah ini.

Menilik kasus semacam ini kita bisa membuat suatu kesimpulan bahwa gim multiplayer yang menggantungkan diri pada layanan internet di luar permainan: jika layanan tersebut berhenti, sebagai core gim akan rusak. Selain itu, perusahaan biasanya tidak membuat komitmen publik sampai kapan mereka akan menjalankan layanan tersebut. Sehingga gamer tidak tahu kapan lampu akan mati dan meninggalkannya dengan sebagian kecil dari permainan yang pernah mereka miliki.

Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"