Cannabinoid dalam ganja dapat mengurangi rasa sakit dengan mengubah jalur persepsi rasa sakit di otak. Ini mungkin berguna untuk mengobati kondisi yang menyebabkan nyeri kronis, seperti:
- radang sendi
- fibromyalgia
- endometriosis
- migrain
- meminimalkan efek samping pengobatan kanker, seperti kehilangan nafsu makan.
Dalam beberapa kasus, mariyuana medis dilaporkan membantu menggantikan penggunaan jangka panjang obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, yang dapat memiliki efek samping negatif.
2. Mengurangi peradangan
CBD dalam ganja dianggap membantu mengurangi peradangan. Secara teori, ini dapat bermanfaat bagi kondisi peradangan, seperti:
- Penyakit Crohn
- sindrom iritasi usus
- artritis reumatoid
Mengurangi peradangan dalam tubuh juga dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
3. Gangguan neurologis dan mental
Karena efeknya pada sistem limbik, dokter terkadang meresepkan ganja untuk mengobati kondisi kesehatan neurologis dan mental, seperti:
- kecemasan
- epilepsi
- sklerosis ganda
- Penyakit Parkinson
- gangguan stres pascatrauma (PTSD)
- Sindrom Tourette
- masalah manajemen tidur
Efek relaksasi ganja dapat membantu memperbaiki gangguan tidur, seperti insomnia. Dan tidur yang lebih baik juga dapat terjadi ketika rasa sakit berkurang dari penggunaan ganja.
Sementara itu, menurut Spesialis Neurologi di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta, dr. Andre, SpN, menyampaikan penggunaan ganja di luar negeri biasanya ditujukan untuk penderita CP (celebral palsy) berat untuk mengurangi nyeri akibat kaku otot yang berlebihan. juga, untuk mengontrol kejang sering muncul pada penderita CP berat.
Selain itu, meskipun banyak manfaatnya, ganja tetap memiliki beberapa efek samping seperti: halusinasi, mulut kering, peningkatan nafsu makan, meningkatkan tekanan darah, dan sebagainya.
Semoga Indonesia kembali mempertimbangkan melegalkan ganja untuk keperluan medis.