Apakah kamu pernah mendengar istilah bernama krisis eksistensial? Kondisi ini merupakan sebuah masalah internal yang berhubungan dengan arti hidup dan eksistensi diri.
Kebanyakan, orang yang mengalami kondisi ini disebabkan karena adanya kejadian yang bersifat traumatik. Kemudian kejadian tersebut membuat seseorang menjadi betanya-tanya soal arti kehidupan dan eksistensi diri. Bahkan, nggak sedikit orang yang mengalami ini bisa berujung depresi dan cemas.
Lantas, apa saja yang perlu kamu ketahui kalau kita menjadi salah satu korbannya?
1. Ketahui apa penyebabnya
Orang yang mengalami krisis eksistensial biasanya akan sering bertanya-tanya dalam pikiran, seperti: apa artinya ini semua? Apa gunanya? Dan sebagainya.
Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut, seseorang bisa mudah merasa cemas dan tertekan. Namun, krisis eksistensial merupakan hal yang berbeda dengan depresi. Pengalaman rasa cemas atau depresi biasanya terjadi dalam satu rangkaian, mulai dari yang ringan, sementara, umum, terus-menerus dan parah.
Selain itu, beberapa orang mungkin juga pernah mengalami ketakutan yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama. Misalnya fobia terhadap suatu benda. Namun, krisis eksistensi bisa memiliki gejala serupa dengan depresi, tapi tetap berbeda. Krisis eksistensi mengalami perasaan yang penuh dengan kebingungan akan makna kehidupan.
2. Kenali gejala
Kalau kamu menjadi korban krisis eksistensial, kamu pasti merasa kalau keberadaanmu sedang terpojokkan atau dikikis oleh keadaan yang membuatmu bertanya: siapa dirimu? Dan bagaimana kamu menjalani hidup?
Parahnya lagi, pikiranmu bisa menjadi lebih tidak terkontrol karena dipenuhi dengan imajinasi yang tidak masuk akal. Misalnya bagaimana ketika kamu mati. Atau kamu membayangkan dirimu kehilangan sesuatu hal yang tidak diinginkan. Dan kamu mulai menimbulkan pertanyaan yang sulit dijawab.
3. Cara Mengatasi