Dibangun Cuma Satu Malam, Ini Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

Dibangun Cuma Satu Malam, Ini Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia memiliki ribuan bahkan jutaan masjid yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Selain masjid modern, ada pula masjid yang bangunannya sangat klasik dan menggambarkan sejarah persebaran agama Islam di Indonesia.

Salah satu bukti sejarah peradaban Islam yang cukup besar di Cirebon adalah keberadaan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang kini berdiri kokoh di sekitar Kesultanan Kasepuhan, Kota Cirebon, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Lokasi Masjid ini berada di bagian barat dari alun-alun Kota Cirebon. Ya, Cirebon memang dikenal sebagai salah satu kota yang penuh dengan sejarah persebaran agama Islam di Indonesia.  

Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang bermakna keagungan, sang yang bermakna dibangun dan rasa berarti digunakan merupakan bukti sejarah peradaban Islam yang didirikan pada tahun 1408 pada zaman Sunan Gunung Jati dan Walisongo.

Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon (Wikipedia)

 

Arsitektur bangunan yang memiliki ciri khas berupa satu gerbang pintu utama dan pintu lainnya serta pagar terbuat dari batu bata merah dan arsitektur beberapa bagian bangunan di dalam dan bagian atap kini masih cukup terawat dengan baik.

Halaman Masjid Agung Cirebon dikelilingi pagar tembok dengan hiasan pada tubuh dan puncaknya. Bagian tubuh tembok ada hiasan belah ketupat dan segi empat yang dikelilingi tonjolan bata berbentuk segi enam dengan motif bingkai cermin.

Pada puncak tembok terdapat pelipit rata dari susunan bata yang pada bagian atas dan bawah kecil dengan bagian tengahnya melebar. Tinggi susunan pelipit 70 crn dan ada 20 lampu di bagian atasnya. Halaman masjid mempunyai enam pintu berbentuk gapura paduraksa dengan tiga di bagian timur, satu di bagian utara, dan dua di bagian barat.

Di bagian utama masjid, terdapat pintu masuk kecil dimana saat jamaah masuk harus menundukkan kepalanya. Hal tersebut sebagai penghormatan dan makna merendahkan diri saat masuk masjid serta bermakna semua manusia memiliki kedudukan yang sama di mata sang pencipta sehingga harus tunduk dan patuh menjalankan perintah Allah Subhanahu wataala.  

Di area utama bagian dalam masjid terdapat tempat khusus yang biasanya digunakan oleh keluarga keraton untuk beribadah.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"