Warung Makan di Singapura Ini Berhenti Jualan Menu Daging Babi, Alasannya Karena Pemilik Barunya Jadi Mualaf

Warung Makan di Singapura Ini Berhenti Jualan Menu Daging Babi, Alasannya Karena Pemilik Barunya Jadi Mualaf

Sebuah kedai legendaris di Singapura menunjukkan bahwa perubahan besar dalam usaha kuliner tidak selalu berarti kehilangan pelanggan.

Justru sebaliknya, kedai ini semakin ramai setelah sang penerus memutuskan untuk menjadi mualaf dan menghentikan seluruh menu berbahan dasar babi. Keputusan yang semula dianggap berisiko tersebut ternyata menjadi titik balik yang membuat kedai bertahan bahkan berkembang pesat selama lebih dari tiga dekade.

Dilansir dari The Star (28/8), kedai yang dikenal dengan nama Bintang Sue ini awalnya menyajikan berbagai hidangan Chinese home-style yang otentik. 

Menu andalan seperti Spicy Egg Fried Rice, Kuey Teow Beef Ginger, hingga Salted Egg Fried Squid menjadi favorit banyak pelanggan. Namun, pada masa awal berdiri, kedai ini juga menyajikan beragam masakan berbahan dasar babi, baik berupa daging maupun olahan minyak babi yang lazim digunakan dalam masakan Tionghoa.

Perubahan besar terjadi ketika usaha keluarga ini diwariskan kepada generasi berikutnya, yaitu David dan Ivan. Salah satu dari mereka memutuskan menjadi mualaf, yang kemudian membawa pengaruh besar pada identitas kuliner kedai tersebut. 

Demi menjaga kehalalan makanan, seluruh menu berbahan dasar babi resmi dihapuskan dari daftar sajian.

Warung di Singapura ini berhenti jualan babi usai pemiliknya jadi mualaf (the star)

Menariknya, keputusan ini justru mendatangkan berkah tersendiri. Alih-alih kehilangan pelanggan setia, kedai Bintang Sue justru kebanjiran pengunjung baru, terutama dari kalangan konsumen Muslim yang semakin percaya dengan kualitas dan keamanan makanannya. 

“Sejak awal kami yakin pelanggan lebih mengutamakan rasa dan kualitas. Jadi meskipun tidak lagi menggunakan babi, kami selalu pastikan makanan tetap enak dan segar. Itulah alasan pelanggan kembali lagi,” ujar sang pemilik.

Kesuksesan kedai ini bukan hanya soal keberanian mengubah resep, tetapi juga konsistensi menjaga kualitas. David dan Ivan mengaku menghadapi tantangan besar karena lokasi kedai mereka di Damansara harus bersaing dengan banyak kafe modern dan restoran kekinian. 

Namun mereka tetap berkomitmen menjaga ciri khas kedai: harga stabil meskipun diterpa inflasi, serta penggunaan bahan-bahan terbaik tanpa kompromi.

Para pelanggan pun mengakui perubahan tersebut tidak mengurangi cita rasa. Remy, salah seorang pelanggan setia, mengaku rutin membawa keluarganya untuk makan bersama di sana setiap akhir pekan. 

“Makanannya tetap enak dan porsinya pas. Justru sekarang lebih tenang karena sudah halal,” katanya.

Bagi David dan Ivan, perjalanan mempertahankan bisnis keluarga ini adalah bentuk tanggung jawab terhadap warisan orang tua mereka. Meski harus menyesuaikan dengan prinsip hidup yang baru, mereka tetap menjaga esensi kedai sebagai tempat makan dengan rasa otentik dan suasana sederhana yang nyaman. 

Dengan strategi itu, Bintang Sue bukan hanya bertahan, tetapi juga menjadi contoh bagaimana sebuah usaha kuliner bisa berkembang melalui keberanian beradaptasi tanpa kehilangan jiwa.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"