Hidup bergelimang harta bisa jadi merupakan impian banyak orang. Atau sekadar bertahan dari jeratan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Mereka yang membutuhkan bisa melakukan banyak hal termasuk melalui jalan yang terlarang. Salah satunya dengan pesugihan seperti yang dilakukan para peziarah ritual Gunung Kemukus.
Ritual di Gunung Kemukus ini berbeda dengan kebanyakan ritual yang seringnya meminta tumbal. Jika kalian pernah mendengar ritual dewasa seperti yang dilakukan orang Siberia Timur dengan bertukar istri untuk mengusir roh jahat atau wanita suku Kreung yang ‘mencoba’ beberapa pria sebelum memutuskan untuk memilih pria yang akan dinikahinya, maka ritual Gunung Kemukus hampir mirip dengan ini.
Ritual yang berasal dari Desa Pendem, Sumber Lawang, Sragen, Jawa Tengah, biasanya dilakukan tiap malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon. Di sana mereka akan melakukan perbuatan suami istri sebagai bagian dari ritual. Untuk lebih lengkapya apa yang dimaksud ritual Gunung Kemukus kalian bisa membacanya di bawah ini.
Berhubungan dengan Orang yang Bukan Pasangan
Ritual Gunung Kemukus dipercaya hanya bisa dilakukan oleh orang yang telah menikah. Namun, saat melakukan ritual dewasa, orang tersebut harus berhubungan dengan ‘lawan’ yang bukan pasangan sahnya. Itulah yang membuat ritual satu ini tidak semudah yang dibayangkan.
Para peziarah harus bisa menemukan pasangan yang akan diajak melakukan ritual dewasa di Makam Pangeran Samudro, Gunung Kemukus. Pasalnya tidak semua yang ke sana memiliki niatan ini.
Ada beberapa lelaki nakal iseng yang hanya ingin ‘bermain-main’ dan memuaskan nafsu. Ada juga beberapa PKS berkeliaran di sekitar lokasi yang sengaja mengecoh para lelaki.
Ritual Bertujuan untuk Ngalap Berkah
Setiap ritual yang dilakukan seseorang tentu memiliki tujuan, tentu begitu juga dengan ritual yang dilakukan di Gunung Kemukus. Konon, kepercayaan di Desa Pendem ini sudah ada sejak berabad-abad lalu. Tujuannya sendiri untuk ngalap berkah, alias berharap mendapat keberuntungan, kekayaan dan kesuksesan.
Sebut saja Suhandi, salah seorang peziarah yang melakukan ritual di Gunung Kemukus sejak usahanya hancur karena diguna-guna orang.
Ia mengaku sudah tiga kali melakukan ritual tukar pasangan, dan mulai bisa membedakan antara peziarah asli dan kupu-kupu malam. Memang, dalam kepercayaan tersebut, tidak ada hukum tertentu dengan siapa peziarah harus berpasangan, namun yang jelas peziarah harus memiliki pasangan dan melakukan hubungan di tempat tersebut hingga tujuh kali tanpa berganti dengan yang lain.
Jadi, para pelaku ngalap berkah memang berusaha menghindari PSK dan orang iseng lainnya.
Gunung Kemukus di Sragen Sudah Dikenal Dunia
Media luar negeri ternyata sudah banyak mengetahui keberadaan ritual Gunung Kemukus. Mereka membahas ritual ini karena keunikan ritual masyarakatnya.
Bahkan, situs-situs besar luar negeri seperti Dailymail.co.uk, Metro.co.uk dan ynaija.com juga pernah membahas soal ritual dewasa yang dilakukan di Gunung Jawa Tengah tersebut. Saat ini, lokasi tersebut sangat populer, bahkan sampai mengundang para wisatawan untuk datang.
Ironisnya, pemerintah setempat justru menarik pungutan pada siapapun yang memasuki wilayah tersebut. Bahkan, media asing juga mengungkapkan jika yang dilakukan oleh pemerintah sangat kontradiktif.
Daily Mail mengungkapkan jika pemerintah mengetahui ada perzinahan, namun mengabarkan sesuatu yang berbeda dan menutup mata, sehingga tokoh agama dan pemerintah seolah membiarkan adanya prostitusi berkedok ritual Gunung Kemukus.
Asal-Usul Ritual Dewasa Gunung Kemukus
Dari hasil penelusuran, ritual dewasa yang ada di Gunung Kemukus berasal dari kisah abad ke-16, di mana ada seorang pangeran muda yang memiliki hubungan cinta dengan ibu tirinya sendiri. Berawal dari perasaan masing-masing, akhirnya mereka melakukan hubungan intim di puncak Gunung Kemukus. Namun sayang, saat mereka tengah bercinta, kelakuan keduanya tertangkap basah.
Keduanya akhirnya dibunuh dan dikubur di sana. Lambat laun, puncak gunung tersebut malah dianggap sebagai tempat ‘suci’ bagi mereka yang ingin mendapatkan kemakmuran, kekayaan dan kemajuan hidup. Bahkan, saat ini bukan hanya masyarakat biasa saja yang melakukan ritual, bahkan rumornya pejabat juga pernah melakukan ritual di Gunung Kemukus.
Beberapa pihak memang keberatan dengan adanya ritual tersebut, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurutnya, adanya makam Pangeran Samudro seharusnya hanya untuk berziarah, bukan melakukan tindak asusila.
Untuk kedepannya, ia juga meminta Bupati Sragen untuk menindak tegas orang-orang yang datang dengan tujuan melakukan ritual dewasa.