Puisi Cinta Bukan Tandingannya! Karya Penulis Jepang Ini Bisa Menjemput Maut

Puisi Cinta Bukan Tandingannya! Karya Penulis Jepang Ini Bisa Menjemput Maut

Puisi yang ditulis oleh Saijou Yaso ditulis pada tahun 1919. Karya sastra yang berjudul "Tomino's Hell" ini menceritakan seseorang bernama Tomino. Ia melakukan perjalanan ke neraka.

Jika puisi ini dibaca keras-keras, maka bisa disusul oleh maut atau mendapat bencana. Dikutip dari Kowabana.net, puisi ini pada tahun 1983 diadaptasi menjadi sebuah film oleh Terayama Shuji. Setelah membuat film, sutradara tersebut meregang maut. Begitulah puisi ini mulai dianggap berisi kutukan.

Bagi orang asli Jepang, puisi ini susah dipahami. Usaha untuk menerjemahkan puisi ini cukup keras. Banyak situs-situs yang menginterpretasikannya, meski hasilnya banyak yang tidak tepat. Apalagi jika diterjemahkan dalam bahasa lain selain bahasa Jepang. 

Sketch "Tomino's Hell" (pinterest.com)

Puisi tersebut pada baris pembuka menceritakan Tomino dalam perjalanan menuju neraka. Siapa itu Tomino? 

Meski dalam bahasa Jepang, Tomino tidak diketahui apa gendernya. Bisa pria bisa juga wanita, karena berdasarkan tradisi Jepang, nama tersebut bisa dipakai untuk keduanya. Dari beberapa narasi, menggambarkan Tomino menyayangi adik perempuannya.

Dalam puisi tersebut, diceritakan Tomino melemparkan 'tama'. Tama dalam bahasa Kanji mempunyai banyak makna. Yang paling masuk akal, 'tama' dalam puisi "Tomino's Hell" artinya sebuah bola yang bercahaya. Karena terlalu bersemangat, 'tama' membawa Tomino menempuh perjalanan ke neraka. 

Beberapa orang memaknai 'neraka' sebagai metafora dari 'perang'. Kakak perempuannya muntah darah dalam semangatnya berjuang untuk negara. Adik perempuannya memuntahkan api, Tomino memuntahkan 'tama' dan mempersembahkan hidupnya untuk tujuan tertentu.

Boneka usang (monsters-closet.net)

Puisi cinta nggak ada apa-apanya dibanding puisi tentang perjalanan ke neraka Tomino. Ia melihat perang dan kengerian dalam puisi tersebut. Ia menangis untuk adik perempuannya hingga melalui lembah neraka ketujuh. Pada lembah kedelapan, Tomino mengalami pengalaman yang paling menyakitkan. 

Puisi tersebut bisa dimaknai dengan cara berbeda. Selain kengerian dalam perjalanan di neraka, kengerian lainnya adalah peperangan.

Disematkan kata 'pin merah' dalam puisi tersebut. 'Pin merah' bagi para prajurit dibuat dari seribu jahitan wanita yang ditinggalkan berperang. Dipercaya bahwa 'pin merah' tersebut adalah jimat keberuntungan.

Namun, sedihnya, Tomino tidak menemukan 'pin merah' miliknya. Itu artinya, ia tidak seberuntung yang lain.

Potongan puisi "Tomino's Hell" (youtube.com)

Sutradara Terayama Shuji meninggal setelah membuat film "Denen ni Shisu" (dalam bahasa Inggris berarti "To Die in the Countryside"). Setelah sutradara dijemut maut, seorang mahasiswa sebuah universitas di Jepang juga mengalami hal yang sama setelah membacakan puisi itu keras-keras. 

Tapi pada tahun 2004, sutradara bernama Yomota Inuhiko membuat film dari puisi "Tomino's Hell". Tak ada kutukan apapun yang ia dapatkan. Ya, siapa yang tahu dengan jalannya nasib?

Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"