Goa Langse terletak di salah satu lereng kapur pantai selatan Jogja. Tempat ini sering dikenal dengan pesugihan Goa Langse. Langse berarti 'perjalanan terakhir'. Ada juga yang mengartikannya dengan 'kain kafan putih'. Goa Langse merupakan salah satu tempat pertemuan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul. Selain bertemu di cepuri Pantai Parangkusumo, Goa Langse juga menjadi saksi pertemuan kedua tokoh tersebut.
Tempat mencari pesugihan, Goa Langse, sering dikunjungi oleh orang-orang penting. Dari artis hingga politikus. Tak hanya itu, tempat ini bisa dikunjungi oleh siapa pun. Dari abad ke 5, Goa Langse dikunjungi untuk mencari 'tetirah'. Apa itu 'tetirah'?
Tetirah adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencari ketenangan dan pemulihan. Meskipun sering dipahami sebagai satu cara yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan 'sesuatu' yang membuat hidup lebih tenang. Mungkin saja para camat, lurah, bupati, artis, jendral dan pemuka agama mendatangi tempat ini untuk mencari ketenangan.
Kabarnya, Presiden Sukarno, Panglima Besar Jendral Sudirman, Presiden Soeharto pernah mengunjungi tempat ini juga. Pada jarak waktu yang lebih tua, Sunan Kalijaga, Syekh Maulana Maghribi dan Panembahan Senopati juga sering mengunjungi tempat penuh teka-teki ini. Mulanya, Goa Langse dijadikan sebagai tempat 'menyepi'. Menjauh dari hiruk pikuk duniawi dan mendekat pada perut Bumi.
Banyak juga orang 'menyepi' atau memilih jalan sepi untuk melakukan perjalanan menyeberang dimensi. Maka banyak ditemukan raga tak berjiwa di tempat sepi ini. Mulut goa tampak dari kejauhan. Sekitarnya ditumbuhi pohon jati dan semak. Begitu masuk ke arah vertikal menuju perut bumi, terdapat pancuran air bening. Air tersebut dipahami sebagai jamuan untuk pada pengunjung. Pengunjung yang telah melewati mulut goa yang lumayan terjal, disegarkan dan 'disucikan' dengan air tawar yang bergemericik.