Rawa Pening adalah danau di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini terkenal dengan keindahannya. Sebagai tempat wisata yang ramai dikunjungi orang, ada cerita seram tentang mitos Rawa Pening yang bikin bulu kuduk merinding.
Rawa Pening memiliki luas 2.670 hektar yang mengelilingi beberapa daerah antara lain Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Dari Rawa Pening terlihat jelas penampakan Gunung Merbabu, Gunung Telemoyo, dan Gunung Ungaran. Lalu apa saja mitos seram di Rawa Pening?
Dihuni Siluman Ular
Menurut cerita Rawa Pening dihuni sosok siluman ular yang disebut Baru Klinting. Zaman dulu Baru Klinting adalah ular yang bisa berbicara layaknya manusia. Saat itu Baru Klinting menanyakan keberadaan ayahnya yang sedang bertapa di lereng Gunung Telemoyo. Namun sang ayah tidak mengakuinya sebagai anak.
Baru Klinting kemudian mengubah wujudnya jadi anak yang kurus dan berwajah buruk rupa. Ia sedih karena tidak diterima warga desa. Kemudian Baru Klinting menancapkan lidi. Tidak ada satu pun warga desa yang bisa mengambil lidi itu kecuali Baru Klinting. Baru Klinting mencabut lidi itu dan keluar air yang deras. Desa itu pun tenggelam dan daerah tersebut jadi Rawa Pening.
Misteri Suara Gamelan
Para pengunjung Rawa Pening sering mendengar sayup-sayup suara gamelan layaknya ada hajatan atau pesta di danau itu, padahal tidak ada acara sama sekali. Nah, suara gamelan itu seperti pertanda bahwa dalam waktu dekat ada bencana atau tragedi di Rawa Pening.
Jika suara gamelan terdengar siang hari maka pada malam hari ada korban yang tenggelam di Rawa Pening. Saat suara gamelan terdengar di malam hari maka besok siang ada korban yang meninggal dunia. Ada juga yang percaya suara gamelan terkait kecelakaan yang terjadi di jalan sekitar Rawa Pening.
Kerajaan Gaib
Rawa Pening tidak hanya jadi tempat berkumpul orang-orang yang berwisata. Dalam dunia gaib, tempat ini bak kerajaan makhluk halus yang berkumpul di danau itu. Ada tiga titik kerajaan gaib di sekitar Rawa Pening. Pertama di Rawa Pening, kedua di jembatan rel kereta api, dan ketiga di jembatan jalan Solo-Semarang.