Rendra berjalan gontai menuju gubuk kumuh yang dia tinggali saat ini. Dia duduk dengan tatapan mata nanar. Mengenang masa lalu, hidupnya yang berkecukupan.
Dulu Rendra bekerja disebuah pabrik sebagai mandor. Tapi dia ketahuan melakukan penggelapan uang dan bekerja sama dengan vendor untuk mendongkrak harga bahan bangunan. Dia juga sering mengurangi gaji tukang dan memalak mereka.
Perbuatannya yang kejam itu akhirnya diporkan para tukang ke bos perusahaan. Sejak saat itu Rendra gak punya pekerjaan, bahkan sempat masuk penjara setahun.
Kembali ke rumah, tetangga gak ada yang suka sama dia. Dianggap sebagai orang jahat dan kotor. Rendra selalu jadi bahan gosip dan dipandang hina oleh orang sekitar.
Gak tahan dengan perlakukan orang, Rendra jadi kasar dan pemarah. Dia sering memukul dan marah gak jelas sama istrinya. Hingga wanita yang udah 10 tahun hidup bersama itu pergi ke rumah orang tuanya dan gak mau kembali. Malah minta cerai.
Rumah Rendra udah terjual buat bayar utang dan ganti rugi. Dia kini tinggal di gubuk tua dan reyot. Karena desakan keadaan, Rendra nekat cari info soal dukun yang kuat dan bisa membantunya.
Suatu pagi Rendra pergi ke rumah dukun yang bernawa Winardi. Dia datang untuk meminta pesugihan yang mudah dilakukan.
"Kalau kamu mau kaya tanpa tumbal, kamu harus cari tali pocong dengan kriteria yang aku sebutkan tadi," ucap mbah Dukun.