Gue parkir mobil di pinggir, dekat dengan lahan yang dikelilingi pagar bambu. Sumpah, gue clingak-clinguk, gak satu pun warga bisa gue minta keterangan. Di sana banyak kontrakan, tapi semua pintu ditutup. Ya gak mungkin juga gue gedor-gedor. Udah malam pula, takut gak sopan.
Gue melihat-lihat lahan yang gelapnya gak kira-kira. Gue ambil senter di mobil, tapi cahaya senter gue gak menembus kegelapan di lahan tersebut.
Padahal senter gw yang kualitasnya bisa dipakai dalam pertambangan dengan cahaya tembus hingga 100 meter, lho. Gak nyombong, tapi senter itu seolah gak berfungsi ketika menyorot ke dalam lahan. Malah sinarnya agak redup dan lama-lama senter gue mati dong!
Cerita horor bahasa Indonesia ini bersambung. Penasaran? Tunggu part selanjutnya ya: Part 2