"Maaf Mas, Pak Wongsonya lagi salat tahajud. Besok aja ya telepon lagi," ujarnya.
Aku kaget bercampur lega. Sepertinya dia sudah benar-benar berubah. Namun, kekhawatiranku masih besar. Suara angin ribut ketika menelepon amat berisik, membuat suara Pak Satpam tidak terdengar jelas.
"Tolong, ikut didoakan ya, Mas?!" katanya memohon sebelum menutup telepon. Dia tampak ketakutan.
Maka, usai menelepon, aku segera mematikan TV dan lampu. Aku duduk bersila di atas karpet kamar. Semalaman aku mendoakan mereka yang ada di Cemara Timur. Dalam mata yang terpejam, seolah aku berada seruangan dengan Pak Wongso yang sedang salat. Di sekeliling kami, angin ribut mengoyak-ngoyak seisi desa.
Waduh kok making ngeri banget kayak gitu, apa yang akan terjadi sama warga cemara timur? Tunggu cerita hantu bersambung selanjutnya ya.... Part 14