Rasa takut Restu perlahan menghilang. Ia merasa kuntilanak itu bisa menemaninya dalam kesepian. Komunikasi Restu dan kuntilanak semakin intens. Bahkan Restu acapkali bercerita tentang hatinya yang bersedih karena dimarahi bibinya atau kangen dengan sang ibu. Kuntilanak itu membuat Restu nyaman. Kuntilanak selalu menyebut Restu sebagai anak yang baik.
Kuntilanak juga nyaman berada dekat Restu. Suatu malam kuntilanak itu meminta Restu ikut dengannya. Kuntilanak itu sepertinya ingin menjadikan Restu menjadi anaknya di dunia gaib. Restu pun menolak. Ia berteriak meminta pertolongan. Tiba-tiba Restu mendengar ada suara orang membaca Al-Quran untuk mengusir kuntilanak tersebut. Saat itu ibu Restu sedang berada di rumah. Ia bercerita pengalaman menakutkan yang mau dibawa kabur kuntilanak.
Salah seorang saudara Restu bercerita jika kuntilanak itu akhirnya sudah pergi diusir dari rumah yang ditinggali Restu. Bahkan tempat yang dihuni kuntilanak di depan rumah juga sudah dibersihkan dari pengaruh negatif oleh pria bernama Pak Tono yang bisa mengusir roh-roh jahat yang menggangu. Kehidupan Restu menjadi tenang dan damai dan tumbuh menjadi sosok yang tangguh.