Ada juga wilayah yang disebut Wallacea yang kini terdiri dari Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Sementara Papu masih satu daratan dengan Australia, belom jadi pulau sendiri.
Gelombang migrasi kedua terjadi sekitar 30.000 tahun lalu yang ditandai dengan datangnya orang-orang Austro-Asiatik. Mereka umumnya berasal dari Vietnam dan Yunan. Prof. Herawati mengatakan bahwa mereka kemudian berbaur dengan gelombang pertama migrasi.
"Kemudian bercampur dengan gelombang pertama kan, atau yang pertama tadi sudah jalan terus ke timur sampai ke Papua," kata Herawati.
Gelombang migrasi ketiga datang dari Formosa yang kini disebut Taiwan. Itu terjadi sekitar 6.000-5.000 tahun yang lalu. Mereka yang datang terakhir ini juga punya pengaruh besar terhadap bahasa Austronesia yang sampe sekarang berubah menjadi banyak bahasa.
Tapi, percampuran genetik nggak berhenti sampe di situ gengs. Keberadaan Indonesia yang diapit Samudra Hindia dan Samudra Pasifik juga menjadi pusat perdagangan dunia. Dampaknya, percampuran genetik pun terjadi lebih besar lagi.
"Jadi ketika DNA seseorang dites, nanti bisa didapatkan ada China, India, dan Eropa. Kalau Minang sudah kita periksa, ada Eropanya, karena itu adalah kawasan maritim," kata Herawati.
Prof. Herawati sendiri juga telah melakukan penelitian bersama koleganya tahun 2017 lalu. Bersama timnya, Herawati menggunakan sampel DNA dari 500 orang yang berasal dari 25 tempat di regional Asia. Prof. Herawati pun telah membandingkan genetik yang telah tersedia di bank genetika dari penelitian sebelumnya.