Disia-siakan oleh negaranya sendiri membuat para pengungsi Rohingya punya mental yang kuat. Bahkan ketika berhasil mengungsi di negara-negara lain mereka sebenarnya ingin bekerja dan mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi kepada daerah yang sudah menerima dan membantu.
Para pengungsi Rohingya saat menuju tempat perlindungan menggunakan kapal atau perahu yang sebenarnya tidak layak untuk berlayar. Bahkan dalam satu perahu itu digunakan banyak orang yang bisa melebihi kapasitas. Mereka juga tidak membawa perlengkapan seperti air bersih, sanitasi, dan makanan.
Ternyata dalam perjalanan menuju negara-negara tujuan, para pengungsi masih saja mengalami kekerasan fisik dan seksual di atas kapal. Sebab mayoritas pengungsi Rohingya yang melarikan diri adalah kaum wanita dan anak-anak.