Rupanya, orang Jawa tidak hanya banyak di Indonesia saja, tapi juga di Suriname , Amerika Selatan. Kok bisa? Bagaimana ceritanya? Hal ini tidak lepas dari pengaruh Belanda. Sama seperti Indonesia, Suriname juga merupakan negara jajahan Belanda. Oleh Belanda, wilayah Suriname dijadikan pusat perkebunan tebu, cokelat hingga kopi.
Awalnya, Belanda memperkejakan orang-orang dari India untuk mengurusi kebun dan tambang mereka. Namun, lantaran menganggap orang India terlalu susah diatur, akhirnya Belanda memutuskan untuk mengganti orang India dengan orang-orang dari Pulau Jawa.
Tercatat pada 9 Agustus 1890, Kapal SS Prins Williem II tiba di Pelabuhan Paramaribo, Suriname. Kapal itu sendiri diberangkatkan dari Pelabuhan Batavia, Hindia Belanda, dan menempuh perjalanan dua bulan lamanya. Kapal itu mengangkut 94 orang Jawa yang merantau ke Suriname untuk bekerja.
Jumlah ini pun terus bertambah. Total antara tahun 1890 sampai 1939, ada hampir 33 ribu orang Jawa yang diberangkatkan ke Suriname. Sebagian dari mereka ada yang memilih pulang kembali ke tanah Jawa sebelum Perang Dunia II.
Namun banyak pula di antara mereka yang memutuskan untuk menetap di negeri rantau dan kemudian menjadi warga Suriname serta memiliki keturunan di sana. Sampai saat ini, setidaknya ada sekitar 13 persen masyarakat Suriname adalah suku Jawa.
Walaupun orang-orang Jawa di Suriname hanya minoritas, namuan banyak dari mereka yang menduduki posisi penting. Salah satunya adalah Paul Slamet Sumohardjo yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Nasional Suriname dari tahun 2005 sampai 2010.