Sri Sultan Hamengku Bowono X memberikan tanggapan perihal mitos yang berkembang di kalangan masyarakat di Indonesia jika orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda. Ternyata fakta dalam sejarah Indonesia pada masa lalu menjadi jawabannya.
Larangan pernikahan orang Jawa dengan orang Sunda dilandasi dengan peristiwa perang bubat yang terjadi antara Majapahit dan Sunda. Dalam perang itu Panglima Besar Majapahit, Gadjah Mada membunuh Raja Sunda dan Putri Kerajaan Sunda. Konflik tersebut membuat dua suku Jawa dan Sunda tidak bisa bersatu.
Dilansir dari Kumparan, Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan mengatakan bahwa pandangan dua suku itu karena propaganda Belanda untuk menggagalkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang berlangsung di Jakarta. Belanda selama ini dikenal sebagai pihak yang gemar melakukan politik adu domba atau devide et impera.
"Jika orang Jawa dan orang Sunda bersatu akan menjadi kekuatan yang dahsyat untuk memerdekakan Indonesia dari kekuasaan penjajah," ujar Sri Sultan. Seperti diketahui bahwa orang Jawa dan orang Sunda merupakan dua suku di Jawa bahkan Indonesia yang memiliki jumlah sangat banyak. Itu yang menjadi ketakutan Belanda.
Sri Sultan menambahkan ada seorang Belanda bernama CC Berg yang menuliskan disertasi yang sengaja menuliskan tentang suku Jawa dan Sunda. Dalam disertasi tersebut, Berg mempengaruhi masyarakat tentang kebencian orang Sunda kepada orang Jawa, berkaca dari perang bubat di masa lampau. Ïntelijen Belanda terlibat dalam menghembuskan isu kebencian itu,"tambah Sri Sultan