Doom Spending adalah pengeluaran yang dilakukan untuk menghindari malapetaka. Tindakan ini berupa melakukan pembelian impulsif yang seringkali tidak perlu, untuk mengatasi stres, kecemasan, atau perasaan putus asa, terutama saat menghadapi ketidakpastian ekonomi atau krisis pribadi.
Ini adalah cara untuk mencari kelegaan sementara dari emosi negatif dengan melakukan terapi belanja, meskipun itu berarti pengeluaran berlebihan atau akumulasi utang.
Berikut ini ciri-ciri Doom Spending
1. Belanja Karena Stres dan Kecemasan
Pengeluaran untuk menghindari malapetaka seringkali merupakan reaksi terhadap perasaan stres, kecemasan, atau rasa akan datangnya malapetaka yang berkaitan dengan kondisi ekonomi atau keadaan pribadi.
2. Pembelian Impulsif
Pembelian dilakukan tanpa perencanaan, seringkali tidak rasional, seringkali untuk barang-barang yang tidak penting atau yang tidak mampu dibeli dengan nyaman oleh individu tersebut.
3. Kelegaan Sementara
Tindakan berbelanja dapat memberikan rasa senang atau kendali sementara, tetapi perasaan ini seringkali berumur pendek dan diikuti oleh penyesalan atau rasa bersalah.
4. Menyebabkan Masalah Keuangan
Pengeluaran yang sia-sia dapat menyebabkan masalah keuangan, termasuk penumpukan utang dan kurangnya tabungan, serta peningkatan stres dan kecemasan dalam jangka panjang.
Tren ini khususnya lazim di kalangan generasi muda seperti Gen Z dan milenial, yang mungkin menghadapi kecemasan ekonomi dan ketidakpastian tentang masa depan mereka.
Pengeluaran yang sia-sia sering dianggap sebagai mekanisme koping untuk mengatasi stres dan emosi negatif, tetapi ini bukanlah cara yang berkelanjutan atau sehat untuk mengelola perasaan-perasaan ini.