Tidak sedikit warga asli Madura memutuskan untuk hijrah ke kota besar seperti Jakarta untuk jadi pengusaha warung sembako. Warung-warung sembako di Madura yang buka selama 24 jam ternyata mendatangkan keuntungan bagi pemilik warung tersebut. Buktinya uang yang didapat sangat besar.
Uang itu mereka investasikan dalam bentuk bangunan rumah yang mereka tinggali di kampung halaman. Ya, ada kampung mewah di Kampung Mandun, Sumenep, Madura, karena beberapa rumah terlihat sangat megah.Padahal rumah perkampungan itu jauh dari keramaian dan terpencil jangkauannya.
Bahkan akses menuju kampung itu juga tidak mudah hanya ada sebuah jalan yang hanya muat satu mobil saja. Tetapi sebagian warga di kampung itu juga punya mobil. Mayoritas rumah-rumah di kampung itu menggunakan konsep modern dan klasik. Beberapa pilar di bagian depan rumah dipasang agar rumah terkesan sangat kokoh.
Kabarnya rumah-rumah mewah dibangun di Madura itu mulai pada tahun 2017. Biaya pembangunan rumah juga tidak murah. Minimal satu rumah menghabiskan dana Rp 1 milar – Rp 3 miliar untuk proses pembangunan atau sekedar renovasi.
Selain punya rumah dan mobil, pengusaha warung sembako itu juga tampil glamour dengan perhiasan yang mereka miliki khususnya bagi wanita-wanita yan banyak gunakan gelang dan kalung emas. Sukses jadi pengusaha warung sembako membuat banyak generasi muda yang ingin berkiprah membuka warung di kota-kota besar di Indonesia.
Di beberapa kota besar di pulau Jawa banyak warung sembako atau warung kelontong yang dimiliki oleh orang Madura . Padahal selama ini justru orang Batak yang lebih dulu terkenal memiliki warung sembako. Konsep warung sembako itu memang sama dengan warung lainnya, sama-sama menjual bahan kebutuhan pokok, namun ada ciri pembedanya.