Sebuah kisah tentang seorang tukang sol sepatu menjadi viral lantaran kisahnya yang menginspirasi.
Bagaimana tidak, Muhammad Naim, pria yang tinggal di Batu, Jawa Timur itu mengalami kehidupan masa kecil yang menyedihkan.
Ia lahir dari kondisi keluarga yang kekurangan, dimana ia juga mempunyai 3 orang adik yang harus dihidupi.
Ayahnya seorang petani dan ibunya bekerja di luar negeri untuk membantu biaya sekolah anak-anaknya.
Saat kecil, Naim diajarkan untuk mandiri dengan berjualan es keliling setelah pulang sekolah. Ia bahkan pernah menjadi tukang sol sepatu. Segala pendapatannya itu pun semakin banyak setiap menjelang lebaran sehingga ia kerap dijuluki anak kecil yang punya banyak uang.
Naim kemudian bekerja sebagai tukang sol sepatu hingga di bangku SMA. Setelah lulus, ia melanjutkan kuliah di Malang namun harus di DO setelah 4 bulan. Ia pun memutuskan bekerja sebagai sales canvasser yang menjual balsem di Malang.
Karena tak punya kendaraan dan hanya bisa berjalan kaki, Naim pun terpaksa tidur di musala. Ia pun merubah profesinya menjadi agen asuransi walau harus kesulitan beradaptasi di tempat baru.
Setelah dirinya sukses menjadi agen asuransi, Naim membuka toko kelontong untuk kedua orang tuanya di Banyuwangi. Ia juga menyambi bekerja di perusahaan lain yang menjual alat peraga sekolah.
Di tahun 2003, Naim membuka perusahannya sendiri setelah menolak untuk menjadi manajer di sebuah perusahaan dengan gaji puluhan juta. Di perusahaannya itulah Naim mulai mendapatkan proyek di Papua dan menghasilkan miliaran rupiah.