Minggu (15/4/2018) kemarin, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab digelar di Arab Saudi. Namun, konflik Suriah tidaklah menjadi agenda pembahasan. Mereka hanya menyinggung sedikit konflik itu, padahal Suriah baru saja dilibas rudal Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
Rudal itu menyasar daerah-daerah penting seperti di ibu kota Damaskus dan kota Homs. Kota-kota itu dicurigai sebagai sarang bagi pengembangan senjata kimia berbahaya.
Kendati begitu, Presiden Bashar Al-Ashad yang membantah penggunaan senjata bahan kimia di dalam negerinya, tidak hadir dalam pertemuan itu. Sebab, Suriah sendiri sudah ditangguhkan dari Liga Arab sejak 2011 lalu.
Serangan ke Suriah didukung oleh Arab Saudi, Qatar, dan Bahrain. Sementara Irak, Libanon, dan Mesir justru menyatakan keprihatinan atas situasi di Suriah. Situasi ini bahkan disebut janggal oleh analis politik senior Al-Jazeera Marwan Bishara.
Alih-alih Suriah, KTT itu justru berfokus pada Yerusalem yang disebut Trump adalah ibu kota sah Israel. Konferensi kembali menolak keputusan Trump soal Yerusalem. Bahkan sikap tegas ditunjukkan dari digantinya nama KTT tersebut menjadi "Quds Summit" atau "Pertemuan Yerusalem".
Sebagai kota tiga agama samawi, Yerusalem adalah topik sensitif dan telah lama menjadi isu pokok konflik Israel-Palestina.