Ingin bercerita tentang bagaimana aku yang bukan siapa-siapa ini dihubungi oleh Adobe sampai deal dikontrak dan dibayar USD 6000, tapi apakah ada yang mau mendengarkan:( pic.twitter.com/1uPX3nkCjX
— ケフィン (@sadness_loop) September 10, 2020
Di Jepang, Kevin bekerja di tempat pengelasan semi otomatis. Dia hanya bisa menjalani hobinya itu di waktu libur aja.
"Saya bekerja di pengelasan semi otomatis dari Senin sampai Jumat, kadang Sabtu juga masuk tapi saat libur biasanya saya gunakan untuk 'nyetrit' atau cari momen yang bagus di Tokyo dan mengabadikannya lewat kamera saya," ungkap Kevin, dikutip dari Wolipop.
Dalam thread-nya di Twitter, Kevin juga bercerita tentang perjuangannya menyelesaikan proyek Discovery Fles dan bikin 20 tutorial editing untuk Lightroom. Semua proyeknya selesai dalam waktu 1,5 bulan.
Kevin mengaku baru bisa mengerjakan proyek itu setelah pulang kerja dan begadang terus demi menyelesaikannya.
"Saya kerja di Jepang dari jam 8 pagi sampai 7 malam, setelah itu saya baru bisa mengerjakan proyek dari Adobe ini, terkadang bisa sampai jam 3 pagi karena harus memikirkan kata-kata yang baik untuk dijadikan tutorial," katanya.
"Jujur saja sempat sedikit stres juga tapi Puji Tuhan tetap kelar tepat waktu setelah berbagai revisi," lanjutnya.
Dari pengalamannya yang menggembirakan ini, Kevin bisa membuktikan diri bahwa hobi fotografi itu bisa menghasilkan kesuksesan. Ya, meski sebelumnya karya-karya fotografinya pernah diremehkan orang lain.
Kevin turut memberikan pesan agar jangan pernah menyerah dengan mimpi-mimpi kita. Buat dia, kalo ada yang meremehkan karya kita, hal itu bisa dijadikan 'bensin' sebagai pemacu untuk kita mengejar mimpi tersebut.