Bagaimana Sejarah Makan Popcorn Jadi Identik dengan Nonton di Bioskop?

Bagaimana Sejarah Makan Popcorn Jadi Identik dengan Nonton di Bioskop?

Kayaknya ada yang nggak lengkap aja gitu kalo nonton film di bioskop eh gak ada cemilannya. Maka popcorn biasa dipilih banyak pengunjung bioskop sebagai teman sembari menonton film-film yang seru.

Tapi, pernah gak sih kepikiran, kenapa makan popcorn kok bisa identik gitu ya dengan nonton film di bioskop. Dua hal ini macem sesuatu yang kayak "wajib" untuk dilakukan gitu. Apa alasan di baliknya?

Popcorn dan nonton film, apa hubungannya? (earthfoodandfire.com)

Seperti dikutip dari Feast Media, keterkaitan kedua hal tersebut sebetulnya bisa dilacak kok. Keterkaitan antara makan popcorn dan nonton film bisa dilihat dari sejarah produksi sinematik yang usianya udah lebih dari seabad gengs.

Jauh sebelum kedua hal ini berkaitan, popcorn diketahui telah menjadi camilan wajib bagi para pengunjung yang datang untuk nonton sirkus. Saat itu, penjualan popcorn adalah taktik baru untuk mempertahankan mood penonton yang datang ke sirkus.

Pemilik sirkus pun menyadari bahwa mereka dapat menggandakan keuntungan selain dari penjualan tiket. Makanan ringan itu jelas dengan cepat bisa meningkatkan pendapatan mereka.

Dulu, popcorn ditawarkan buat para pengunjung sirkus (realscreen.com)

Dalam sekejap, popcorn pun jadi kian populer. Pemilik sirkus pun kemudian mengaitkan popularitas popcorn dengan agenda menonton yang dilakukan masyarakat. Itulah cikal bakal keterkaitan antara nonton pertunjukan dengan makan popcorn.

Tak lama setelah itu, industri bioskop jadi komoditas baru. Para pemilik teater pun ikut mengembangkan usahanya. Teater-teater memiliki karpet, panggung, dan tirai. Teater-teater itu berubah menjadi tempat-tempat berkelas.

Sejak 1927, film panjang mulai diproduksi, meski masih film bisu. Bioskop-bioskop pun mulai meniru desain teater dan menghadirkan studionya ke dalam format auditorium.

Ini nih pedagang popcorn jaman dulu (nal.usda.gov)

Dalam momen itu, popcorn masih belum menjadi camilan yang identik dengan nonton film di bioskop. Soalnya, camilan jagung berondong ini masih diasosiasikan dengan makanan buat rakyat jelata.

Sejak kemunculannya, popcorn emang lebih sering dijajakan sebagai camilan "penonton sirkus" dan berbagai pertunjukan aneh lainnya. Itu bertolak belakang dengan kehidupan glamor orang-orang kaya yang nonton di teater berkelas dong.

Hal ini ternyata dipengaruhi tradisi di Eropa, bahwasanya teater di Eropa tak pernah menyajikan makanan yang dimakan masyarakat biasa. Jadi, bioskop melakukan hal serupa.

Dulu, orang-orang nonton di teater, tapi cuma untuk kalangan atas aja (commons.wikimedia.org)

Kemudian, ketika Amerika Serikat memasuki masa Depresi Besar, bioskop sulit menyasar target konsumen yang lebih luas. Sendi-sendi perekonomian Amerika kala itu hancur. Akhirnya, rencana bioskop untuk dijadikan lebih terjangkau pun gagal pula.

Ini terjadi lantaran biaya hidup semakin tinggi, industri hiburan pun menjadi barang yang amat mewah kala itu.

Meski begitu, kebutuhan ekonomi memaksa para pengusaha bioskop untuk menurunkan standar kemewahannya. Mereka harus lebih banyak menarik pelanggan dan membuat roda bisnisnya terus berjalan.

Popcorn mulai dijajakan semenjak Depresi Besar di AS (smithsonianmag.com)

Konsep bioskop pun diubah jadi lebih simpel, tapi tetap mempertahankan konsep dasar auditorium. Pengurangan biaya perawatan juga bisa menurunkan harga tiket bioskop. Makanya daya tawar ke semua lapisan konsumen jadi lebih terjangkau.

Di balik itu, para pengusaha bioskop di Amerika Serikat juga memasukkan camilan popcorn sebagai menu untuk dicamil selama menonton film. Hal ini dilakukan dengan keragu-raguan, karena makanan ini identik dengan masyarakat biasa.

Beberapa pengusaha khawatir jika para penonton makan popcorn bisa mengganggu suara film yang sedang diputar. Akhirnya, ditemukan trik lain, pengelola bioskop pun menaikkan volume suara film, maka suaranya akan melampaui suara kunyahan yang dihasilkan dari jagung berondong itu.

Sampai sekarang, popcorn identik dengan nonton film di bioskop deh (irishmirror.ie)

Popcorn kala itu bisa didapatkan dengan harga 10 sen aja. Jadi, popcorn bukanlah barang mewah, tapi justru terjangkau oleh masyarakat yang butuh hiburan di tengah badai Depresi Besar tersebut.

Tren ini terus bertahan dan berkembang hingga saat ini. Bahkan popcorn nyaris tak bisa lepas dari industri bioskop mana pun di dunia.

Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"