Mengenai hal tersebut, Cholil menyarankan agar umat Muslim memperkuat akidah mereka dan percaya takdir manusia telah ditentukan sejak masih berada di Lauhul Mahfuz oleh Allah.
Takdir yang sudah tercatat itu adalah apa yang sudah dijalani oleh umat manusia yang tentunya masih dapat diubah dengan doa, usaha, serta amal saleh.
"Sehingga kalau kita tahu kebesaran Allah, tahu akan kebaikan Allah, kita akan bersandar pada Allah, tidak semuanya kehidupan yang melimpah itu menjadi kebaikan, kebahagiaan, ada kalanya Allah menguji kita dengan beberapa ujian, seperti (ujian yang diterima) Nabi Yunus terdahulu ternyata karena disayang Allah Swt. Bagian dari usaha untuk mendapatkan rida Allah," kata Nafis.
Sebagaimana tertuang dalam firman Allah Swt. berikut:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah. Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar," (QS. Luqman ayat 13).
Menurut Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, perbuatan zalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Misalnya saja syirik.
Perbuatan syirik adalah menyamakan zat Tuhan Pencipta yang Maha memberi ketikmatan dengan makhluk yang tidak mampu memberi kenikmatan, bahkan tidak bisa berbuat apa-apa alias tidak setara dengan-Nya.
Jadi, balik lagi ke diri kita sendiri aja deh. Boleh percaya dan boleh enggak sama ramalan. Toh kalau memang bagus jadikan semangat untuk terus berusaha, kalaupun jelek jadikanlah sebagai motivasi untuk memberbaiki usaha, udah gitu aja, gengs. Simpel kan?