Akhirnya film Samsara karya Garin Nugroho resmi tayang di bioskop pada 20 November 2025 lalu. Publik memberikan respons positif terlihat dari event Special Screening Film Samsara di XXI Plaza Indonesia, Sabtu (22/11) lalu.
Selain Garin, Gita Fara (produser), serta para pemain Samsara seperti Ario Bayu, Gus Bang Sada, dan Valentine Payen hadir bersama para undangan termasuk para duta besar, komunitas film, pekerja seni, dan media.
Sebagai sebuah karya eksperimental yang memadukan elemen film hitam putih, film bisu, tari, serta kekuatan komposisi gamelan Bali, Samsara menempuh perjalanan panjang sebelum akhirnya dirilis untuk publik luas.
Produser Gita Fara menjelaskan bahwa sejak awal proyek ini memang dirancang hadir dalam dua format: pertunjukan live (cine concert) dan versi bioskop (recorded). Menurutnya, pemilihan tanggal rilis 20 November 2025 dilakukan agar distribusi film dapat mencapai jangkauan penonton yang lebih luas setelah format live-nya diperkenalkan sebelumnya.
Garin Nugroho Sutradara Film Samsara (Dok.Istimewa)
Garin menyambut film Samsara tayang di bioskop. Kata sutradara ini penonton yang menyaksikan Samsara akan mendapat pengalaman menonton yang unik. “Sebagai film hitam putih dan film bisu dua bentuk yang sangat jarang ditemui dalam perfilman Indonesia, Samsara menawarkan pendekatan sinematik yang berbeda, mengajak penonton menikmati film melalui kekuatan visual, tubuh, dan musik,” ujar Garin dalam keterangan yang diterima Paragram.
Garin menambahkan jika Samsara ditujukkan untuk semua penonton yang mencintai film, seni, musik, tari, dan budaya Indonesia. Samsara itu seperti “Nasi Campur,” sebuah karya yang merangkul berbagai bentuk dan aspek seni namun tetap mudah dinikmati oleh banyak orang, meskipun latar belakang penontonnya beragam.
“Penayangan Samsara di layar lebar Indonesia memiliki makna yang sangat personal. Ia menyampaikan bahwa tidak ada kebanggaan yang lebih besar bagi seorang produser selain menyaksikan karyanya ditonton dan diterima oleh publik di tanah air dan bisa menambah ruang bagi karya-karya eksperimental dalam sinema Indonesia,”pungkas Gita Fara.
