Sepak bola tidak hanya menjadi cabang olahraga yang diperlombakan. Dengan miliaran penggemar di seluruh dunia, sepak bola layaknya pertunjukan yang menguras emosi penonton. Mereka larut dalam kegembiraan ketika tim dukungannya menang atau mengharu biru ketika kesebelasannya tumbang.
Elemen dramatis lain dari sepak bola adalah kenyataan bahwa para penonton melihat pertunjukan tanpa naskah para manusia dengan masing-masing perannya. Sehingga kesalahan demi kesalahan sudah mahfum layaknya manusia pada umumnya. Termasuk kesalahan pemimpin pertandingan atau wasit yang bisa membuat sebagain penonton dongkol dibuatnya (sebagian lagi tertawa dalam hati karena timnya diuntungkan).
Namun sebagai olahraga yang diperlombakan, sepakbola sangat menjunjung tinggi asas fair play (keadilan). Kesalahan-kesalahan tertentu bisa saja merusak asas ini karena ada tim yang dirugikan secara langsung. Untuk itu para pengelola jagat sepak bola dunia, FIFA berpikir keras terkait hal ini. Akhirnya mereka menelorkan satu sistem pengadilan bernama Asisten Wasit Video (VAR - Video Assistant Referee). Melalui VAR, wasit pertandingan bisa melihat tayangan ulang sebuah kejadian penting untuk mengambil keputusan.
Kehadiran teknologi ini sempat mengalami kontroversi karena banyak yang menganggap bahwa pertandingan akan tidak terasa alami. Dan tetap tidak bisa mencapai keobyektifan tertinggi karena wasit masih yang bertugas mengambil keputusan. Namun anggapan ini lama kelamaan luntur karena seiring digunakannya VAR pertandingan menjadi semakin berjalan adil.
Sudah banyak liga dunia yang mengadopsi sistem ini. Yang paling terbaru adalah Liga Premier Inggris. Tim-tim di liga tersebut siap untuk menerapkan VAR untuk musim sepak bola 2019-2020. Sedangkan pengelola liga akan secara resmi persetujuan dari FIFA dan Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional.
Kembali pada bulan April yang lalu, tim yang berlaga di Liga Premier memang memilih untuk menentang penggunaan VAR di musim
2018-19. Meskipun Liga Premier telah mengadakan uji coba "non-live" dan tes tersebut akan terus berlanjut hingga akhir musim ini. Sepakbola Inggris memang terkenal konservatif, karena bagaimanapun juga sepak bola yang kita nikmatin bersama tradisi awalnya ya dari kepulauan tersebut.
Namun setelah serangkaian kesuksesan penggunaan VAR di Piala Dunia musim panas lalu, serta penggunaan sistem ini di beberapa pertandingan Piala FA dan Piala Carabao, tampaknya klub-klub Liga Premier lebih bersedia menggunakan teknologi tersebut. UEFA, badan sepakbola untuk sepakbola di Eropa, juga merangkul VAR, yang akan digunakan di Liga Champions musim depan, Liga Eropa 2020 dan Euro 2020. Liga-liga top di Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, Portugal dan AS juga telah menggunakan sistem. Lantas tunggu apa lagi bung!