Gak Seindah Drakor! Ini 5 Sisi Kelam Kehidupan Anak-anak Di Korea Selatan, Jangan Sampai Terkecoh

Gak Seindah Drakor! Ini 5 Sisi Kelam Kehidupan Anak-anak Di Korea Selatan, Jangan Sampai Terkecoh

Obsesi Ke Universitas Bergengsi

Obsesi Ke Universitas Bergengsi Ilustrasi Obsesi Ke Universitas (The Wordy Habitat)

Warga Korea Selatan dikenal sangat kompetitif. Mirisnya, kompetisi tersebut sudah masuk level yang menyiksa siswa-siswa SD. Banyak orangtua yang memasukkan anaknya ke kursus tambahan setelah sekolah yang berlangsung sampai pukul 10 malam. 

Hal ini bertujuan mempersiapkan anak-anaknya agar nantinya mereka bisa masuk universitas top dan bergengsi di Korea. Karena kompetisi yang sangat ketat ini juga, membuat siswa terdorong untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti memalsukan karya ilmiah.

Pasalnya, untuk diterima di universitas ternama, mereka dituntut punya prestasi akademik dan keterampilan yang sempurna. Kondisi ini juga yang membuat bisnis layanan konsultasi penerimaan perguruan tinggi berkembang pesat. Mereka menawarkan program untuk membantu anak-anak didiknya masuk ke universitas yang diinginkan.

Sisi gelap obsesi terhadap sekolah-sekolah elit ini juga pernah ditampilkan dalam drama Sky Castle yang dirilis tahun 2019 lalu. Di situ, para ibu dari kalangan superkaya, seperti istri politisi dan istri dokter membebankan anaknya untuk sekolah di universitas bergengsi. Alhasil, mereka melakukan segala upaya untuk mewujudkannya.

Angka Bunuh Diri Yang Tinggi

Angka Bunuh Diri Yang Tinggi Ilustrasi Bunuh Diri (VOI)

Seiring dengan banyaknya tekanan sosial yang dihadapi, menyebabkan banyak orang mudah depresi. Sering terdengar siswa di Korea bunuh diri karena tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi. Memang, Korea Selatan punya tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Pada tahun 2018, angka kematian bunuh diri Negeri Gingseng, atau jumlah bunuh diri per 100.000 orang bahkan mencapai 24,7. Angka tersebut dua kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata tingkat bunuh diri negara OECD, yakni di level 11. 

Penyebab bunuh diri itu sangat kompleks. Selain tekanan sosial, ada juga yang berkaitan dengan ekonomi, mental sampai kesehatan. Fakta ini salah satunya terlihat dari banyaknya laporan tentang sejumlah artis dan influencer Korea yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"