Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang paling banyak dikonsumsi orang, terutama di masa pandemi seperti saat ini. Vitamin D, yang secara alami ada dalam beberapa makanan, dikenal sebagai "vitamin sinar matahari" karena kita mendapatkan sebagian besar dari paparan sinar matahari.
Mendapatkan cukup vitamin D diperlukan untuk menjaga tubuh kita agar berfungsi dengan baik. Vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan memiliki peran lain dalam tubuh, termasuk pengurangan peradangan. Meskipun demikian, terlalu banyak vitamin D justru dapat berdampak negatif pada tubuh kita, lho.
Sebab, mengonsumsi terlalu banyak suplemen vitamin D dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terlalu banyak kalsium menumpuk di dalam tubuh, yang dikenal sebagai hiperkalsemia. Hal ini dapat melemahkan tulang dan merusak ginjal dan jantung.
Sejalan dengan hal tersebut, sebuah penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine mengatakan bahwa gejala klinis keracunan vitamin D "termasuk manifestasi neuropsikiatri" seperti lesu, kebingungan, lekas marah, depresi, dan juga halusinasi.
Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi vitamin D juga akan menimbulakan gejala gastrointestinal yakni berupa nyeri perut, mual, muntah, dan konstipasi.
Dilansir dari Express, NHS (National Health Service), sebuah Layanan Kesehatan Nasional menyatakan bahwa konsumsi suplemen vitamin D cukup 10 mikrogram sehari. Lebih lanjut, laporan mengenai vitamin D yang mengurangi risiko virus corona tidak didukung oleh cukup bukti.