Terapi Perilaku Dialektis: Efektif Mengatasi Self-Harm dan Mengubah Pikiran Negatif

Terapi Perilaku Dialektis: Efektif Mengatasi Self-Harm dan Mengubah Pikiran Negatif

Terapi perilaku dialektis (dialectical behaviour therapy) ditemukan oleh Dr. Marsha Linehan. Pada tahun 1970 terapi tersebut dipakai untuk para pasien yang didiagnosa borderline personality disorder. Pasien tersebut punya keinginan besar untuk mengakhiri hidupnya. Proses penyembuhan tersebut juga dipakai untuk trauma, emosi yang tak terkendali, depresi dan eating disorder. 

Dikutip dari Womantalk, terapi perilaku dialektis umumnya terdiri dari dua macam terapi. Terapi individu yang dilakukan seminggu sekali dan terapi kelompok untuk belajar cara mengekspresikan emosi. DBT memakai prinsip Zen Budhism untuk fokus penerimaan diri, pemulihan rasa sakit dengan nafas dan mengekspresikan perasaan. Hal yang umum pada DBT ini melakukan meditasi pada setiap sesi, baik sesi individu maupun kelompok. 

Modul dalam terapi perilaku dialektis ini mempunyai tujuan mengurangi penyakit hati dan pikiran. Terapi tersebut akan mengarahkan individu dalam mempertimbangkan apa yang telah diabaikan dan membangun pengalaman positif. Dengan menjalani terapi tersebut, pasien bisa mengelola emosi secara lebih baik. 

Terapi perilaku dialektis (alignable.com)

Bagi pasien yang mempunyai kecenderungan menyakiti diri sendiri, nggak hanya dipengaruhi dari dorongan internal. Interaksi sosial mempunyai peran penting dalam kesehatan mental seseorang. Untuk itu, berdialog atau berinteraksi bisa membangun perspektif tanpa menilai hitam dan putih saja. 

Berdasarkan penjelasan terperinci mengenai terapi perilaku dialektis, dikutip dari Thought Catalog, secara efektif bisa meningkatkan penerimaan atau ACCEPTS. Akronim tersebut mempunyai maksud, yaitu activities, contributing, comparisons, emotions, pushing away, thought, sensation. 

Tujuh akronim diatas merupakan treatment yang dilakukan untuk pasien. Satu sama lain saling berhubungan. Seperti aktivitas (activity) berkaitan dengan sensations. Misalnya, memilih untuk berlari atau berjalan akan berpengaruh pada sensitivitas kelima indera. Jika melewati tangga, artinya nggak tepat jika harus berlari karena akan melukai fisik atau tubuh. Tujuh akronim tersebut dipakai untuk krisis kemampuan bagi yang punya kecenderungan BPD, self harm, dan pikiran negatif.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"