1. Pernyataan Dr. Johan Denis, "Itu adalah pandemi palsu. Virus corona dalam hal kematian dan penularan sebanding dengan flu musiman, dan saya menolak tindakan tidak proporsional yang diambil pemerintah," adalah tidak benar.
Pandemi Covid-19 bukanlah tipuan. Menurut WHO, virus Corona telah diidentifikasi oleh otoritas China pada 7 Januari 2020. Wabah ini disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), virus penyebab Covid-19.
Karena virus penyebab pandemi ini berbeda, tentu kecepatan penularan, subjek menular, gejala, dan cara penanganannya pun berbeda.
2. Tentang pernyataan Dr. Johan Denis selanjutnya, "Vaksin ini tidak terbukti aman. Ini telah dikembangkan dengan cepat. Kami tidak tahu apa efek jangka panjangnya. Ini membutuhkan lebih banyak penyelidikan. Tidak ada terburu-buru atau darurat."
Faktanya, menurut laporan oleh "The New York Times", vaksin biasanya membutuhkan waktu penelitian dan pengujian selama bertahun-tahun. Pada tahun 2020, para ilmuwan berlomba menghasilkan vaksin virus Corona.
Saat ini, uji klinis telah dilakukan untuk menguji 63 vaksin, dan 18-nya telah mencapai tahap akhir pengujian.
Sekarang ini, vaksin dari vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech telah menunjukkan tingkat kemanjuran dan dapat mencegah lebih dari 90 persen orang tertular virus corona dalam uji klinis fase 3.
Begitu juga vaksin Sinovac yang sedang dalam tahap uji coba klinis fase 3 di Indonesia.
3. Belum ada bukti yang menyatakan vaksin Covid-19 bisa ubah DNA manusia.
Jadi ucapan Dr. Johan Dennis berikutnya, " Itu mungkin mengubah DNA Anda. Ini tidak dapat diubah dan tidak dapat diperbaiki untuk semua generasi masa depan. Sebuah eksperimen kemanusiaan. Saya tidak akan mau divaksin, pasien saya atau orang yang saya cintai. Kami bukan kelinci percobaan," pun tak terbukti.
Menurut Prof Jeffrey Almond dari Universitas Oxford, "Menyuntikkan RNA ke dalam tubuh seseorang tidak akan berpengaruh pada DNA sel manusia."
Messenger RNA adalah fragmen materi genetik virus yang digunakan vaksin Pfizer-BioNTech.
Jadi kesimpulannya, jangan mudah percaya pada kabar yang beredar di internet atau yang disebarkan di pesan WhatsApp. Kamu harus kroscek dulu sebelum percaya ya!