Lagi-lagi muncul sebuah konspirasi baru soal penemu vaksin Covid-19 Sputnik V. Ilmuwan populer asal Rusia tersebut diketahui meninggal di apartemennya pada Kamis lalu.
Dari pihak otoritas setempat, telah ditangkap pelaku yang membunuh Andrey Botikov dengan cara keji. Pihak Komite Investigasi Rusia (ICR) menjelaskan jika pria 29 tahun itu telah mencekik sang ahli virologi yang berusia 47 tahun itu dengan ikat pinggang lalu melarikan diri.
"Andrey Botikov, salah satu dari 18 ilmuwan yang mengembangkan vaksin Sputnik V di Pusat Penelitian Nasional Gamaleya, dicekik di rumahnya di Jalan Rogova pada 2 Maret," demikian pengumuman kantor berita Rusia Regnum yang mengutip sumber resmi.
Motif dari pembunuhan keji ini masih belum diketahui. Tetapi, kematian Andrey Botikov menimbulkan teori konspirasi baru di media sosial. Seperti spekulasi WSPN mengklaim Botikov menerima lebih dari 40 dosis vaksin COVID-19 di apartemennya, Moskow.
"Kabarnya dia punya terlalu banyak (vaksin)..." tulis Per Ekstrom, di atas gambar vaksin Sputnik V.
Para pendukung teori konspirasi ini juga ikut membahas kematiannya yang disebut wajar.
"Benar-benar normal bahwa Andrey Botikov, pria yang menciptakan COVID vaax [sic] pertama, ditemukan mati dicekik," cuit salah satu netizen. "Terutama mengingat semua yang keluar tentang vaax [sic] dan asal-usul virus. Tidak ada yang bisa dilihat di sini apakah itu benar-benar nyata karena mutasi virus."
Botikov sendiri bekerja sebagai ahli virologi di Pusat Penelitian Nasional Gamaleya sejak 2014 dan menjadi penanggung jawab atas vaksin di negaranya yang juga diklaim jika Rusia punya kemanjuran dalam uji klinis hingga 91 persen.
Ada pula teori lain yang mengatakan jika kematian Botikov terjadi lebih dari dua minggu setelah Mayor Jenderal Vladimir Makarov tewas.
Seorang pejabat tinggi militer Rusia yang menurut penyelidik negara, bunuh diri setelah dibebaskan dari tugas.