Studi tersebut juga menemukan bahwa dampak ini lebih kuat terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa seseorang harus berhenti menyalahkan diri sendiri saat orang lain berselingkuh.
Lalu, gimana dampak perselingkuhan terhadap orang yang melakukannya? Bila berlangsung selama bertahun-tahun tanpa diketahui pasangan, perselingkuhan bisa memberi dampak emosional dan mental bagi pelakunya.
Orang yang berselingkuh bisa mengalami kecemasan atau depresi. Mereka mungkin dikuasai oleh rasa bersalah, tidak berdaya, dan merasa terjebak. Mengubah situasi ini mungkin terasa sulit atau bahkan tidak mungkin sehingga perselingkuhan bertahan jauh lebih lama. Ya tentu saja demi menutupi kesalahan-kesalahan yang sudah dibuat.
Semakin lama perselingkuhan terjadi, dampak yang muncul akan semakin besar. Ketakutan atau rasa enggan untuk berbicara tentang perselingkuhan dapat membahayakan kedua belah pihak dalam jangka panjang.
Adapun data menunjukkan terdapat beberapa hal yang menjadi faktor risiko perselingkuhan. Lingkungan ternyata juga bisa memicu terjadinya perselingkuhan, lho. Tinggal di kota besar ternyata dapat meningkatkan kemungkinan perselingkuhan hingga 50 persen.
Lebih lanjut, kasus perselingkuhan dua kali lebih banyak terjadi pada orang di antara usia 18-30 tahun. Fakta lainnya, laki-laki ternyata hampir 80 persen lebih mungkin berselingkuh dibandingkan perempuan. Wah, dasar buaya darat!
Kabar baiknya, beberapa pasangan mungkin bisa memperbaiki hubungan yang telah rusak akibat perselingkuhan dengan upaya mereka sendiri ataupun bantuan ahli. Hal ini seringkali bisa membuat hubungan mereka menjadi lebih kuat. Namun, perselingkuhan tak jarang menjadi pemicu berakhirnya sebuah hubungan.
Melanjutkan atau mengakhiri sebuah hubungan yang pernah terlibatperselingkuhan adalah hak setiap pasangan. Yakinlah setiap orang pernah salah dan semua orang berhak berubah. Jangan sampai kita kehilangan seseorang karena kesalahan diri sendiri. Nah, sekarang semua keputusan ada di tanganmu ya, gengs!