Ikan ini biasanya muncul saat ada pengunjung yang mencari ikan, atau berbicara sembarangan. Namun di luar dari banyaknya mitos yang tersebar, Situ Denuh sendiri dikenal sebagai danau yang indah yang dikelilingi perbukitan.
Lokasinya pun ditempuh selama kurang lebih 4 jam dari Kota Tasikmalaya, melalui beberapa kecamatan yaitu Kawalu, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cibalong, dan Bantarkalong.
Selain itu, banyak masyarakat yang mengingatkan untuk berkendara secara hati-hati ketika menuju tempat wisata ini. Sebab, jalanan menuju kesana memang menanjak dan banyak yang rusak.
Setelah tiba di lokasi, kendaraan bisa dititipkan di area rumah warga. Lalu dari situ, pengunjung bisa berjalan kaki setidaknya 1 km menyusuri pegunungan.
Dayat Hidayat mengatakan jika di Situ Denuh memang tak pernah lepas dari adanya tokoh-tokoh bersejarah di Tanah Sunda.
Menurutnya, kisah-kisah legenda yang ada di sana beredar dari mulut ke mulut para wargan Daracana.
Situ Denuh diyakini punya keterikatan dengan Kerajaan Galuh, yakni sebuah kerajaan besar di Tatar Sunda. Salah satu tokoh yang menidami kawasan di sekitar Situ Denuh adalah Rahiyang Kidul yang punya gelar Batara Hyang Karangnunggal.
"Makamnya ada di pegunungan dekat situ, makam itu diyakini warga sini sebagai makam Eyang Batara Karang," ungkapnya, Jumat (26/3/2021).
Dayat juga menambahkan bahwa Eyang Batara Karang merupakan salah satu putra dari Raja Galuh, Wretikandayun, tokoh pertama yang tinggal di daerah tersebut. Eyang Batara Karang lah yang mendirikan kerajaan di Sembah Lodong sekitar Situ Denuh.
"Kalau terbentuknya Situ Denuh, di sini tidak ada yang tahu. Tapi kalau berdasarkan cerita orang tua dulu begitu, di kawasan telaga ini ada kerajaan kecil," tukas Dayat.
Selain makamnya yang dianggap keramat, Dayat menjelaskan jika Situ Denuh memiliki banyak gua yang sebagian besar masih belum terjamah oleh manusia dan dianggap angker.
"Ada gua, ada banyak petilasan. Banyak yang kemping atau memancing, kalau yang mancing di sini hampir tiap hari ada," tutupnya.